BAB II
PEMBAHASAN
A.
ZAMAN KEJAYAAN ISLAM DIBIDANG ILMU
PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI
Masa Kejayaan Islam
Kaum muslimin, memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana
Islam menjadi trendsetter sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun
untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula
saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah
di Madinah. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Sejarawan
Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia
kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan
yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Andalusia, yang
menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah melahirkan ribuan
ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan iptek
yang dibangun kaum muslimin. Terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama
buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di
perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Fakta sejarah
menjelaskan antara lain, bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memiliki
kejayaan.
Pada zaman Daulah Abbasiyah, di katakan sebagai masa menjamurnya kesastraan dan ilmu pengetahuan serta ilmu-ilmu
purbakala yang disalin ke
dalam bahasa Arab. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli
bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat,
thib, ahli bangunan dan sebagainya. Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak
kejayaan Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam,
Tradisi keilmuan berkembang pesat. Kesadaran
akan pentingnya ilmu pengetahuanlah yang mengundang terciptanya beberapa karya
ilmiah seperti terlihat pada abad ke 8 M. yaitu gerakan penerjemahan buku
peninggalan kebudayaan Yunani dan Persia.
Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para
khalifah dan para pembesar lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-luasnya untuk
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para
ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga.
Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu
akal dan pikiran dibebaskan dari belenggu taklid, yang menyebabkan orang sangat
leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah,
falsafah, ibadah dan sebagainya.
Kecanggihan
teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel. atau
menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana
al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M.
Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota
Granada. Saat
itu “kata Lutfi” banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu
pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang
dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna. Pada saat itu
tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama ‘manzanik’, sejenis ketepel
besar pelontar batu atau api. Ini membuktikan bahwa Islam mampu mengadopsi
teknologi dari luar. Pada abad ke-14, tentara Salib akhirnya terusir dari Timur
Tengah dan membangkitkan kebanggaan bagi masyarakat Arab. Peradaban Islam
memang peradaban emas yang mencerahkan dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery,
tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa.
Wajar jika Barat berhutang budi pada Islam.
Berikut ini adalah beberapa penemu atau ilmuan muslim
yang sangat berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan yang hingga sekarang masih
bermanfaat dan masih digunakan.
1.
Al khawarizmi: ia adalah seorang
yang menemukan ilmu aljabar di dalam matematika.
2. ibnu sina ia adalah: membuat
buku tentang kedoteran
3. jabbir ibnu hayyan: ahli
kimia yang di kenal sebagai bapak kimia
4. Albiruni: meletakkan
dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang
berhubungan dengan lingkungan fisik
bumi. Dia di nobatkan sebagai bapak
antropologi, idiologi
5. Abu alzahwari: penemu
tehnik patah tulang dan membuat kitab untuk menyembuhkan luka pada saat oprasi
6. Ibnu haitham: dikenal
sebagai bapak ilmu mata yan g mengurai bagai mana mata bekerja
7. Arrazi: orang pertama yang
bia menjelaskan tentang penyakit cacar dan juga alergi asma dn deman sebagai
daya mekanisme tubuh.
Jadi wajar jika
Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama
buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di
perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Tidak hanya itu,
Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah yang
dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon, Leonardo da
Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso
X dari Castella. Belum
lagi ribuan buku yang berhasil memberikan pencerahan kepada dunia. Itu
sebabnya, jangan heran kalau perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan
Islam. Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang
sangat besar dan luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya,
perpustakaan ini sudah memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku.
Perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul
buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi
perpustakaan lainnya.
B.
SEBAB – SEBAB KEMAJUAN UMAT ISLAM DI
BIDANG IPTEKS
Disamping
secara eksternal saat itu Barat tengah tertidur lelap dalam buaian teosentrisme
dan alam pikiran yang jumud, bahkan bangsa barat saat itu dalam kondisi
terbelakang. Islam mengalami kebangkitan intelektual dan kultural yang
sepektakuler dengan revolusi pemikiran dan budaya Islam yang bercorak peradaban
baru, menyambung matarantai peradaban sebelumnya (Yunani, Babilon, dan Persia).
Islam yang
kosmopolit, humanistik, kultural, dan saintifik yang puncaknya pada era
Abasiyyah.
Secara umum ada beberapa faktor yang telah
mendorong kemajuan sains di dunia Islam saat itu yakni;
1). kesungguhan dalam mengimani mempraktekkan
ajaran Islam sebagaimana
tertuang
dalam al-Qur’an dan Sunnah itu lahirlah individu-individu unggul yang pada
gilirannya membentuk masyarakat madani Islami.
2). adanya motivasi agama. Seperti kita ketahui, kitab suci
al-Qur’an banyak berisi anjuran untuk menuntut ilmu, membaca (iqra’),
melakukan observasi, esplorasi, ekspedisi (siru fil ardhi), dan berfikir
ilmiah rasional. Al-Qur’an juga mengecam keras sikap dogmatis atau taklid buta.
Begitu gencarnya ayat-ayat itu didengungkan, sehingga belajar atau mencari ilmu
pengetahuan diyakini sebagai kewajiban atas setiap individu Muslim, dengan
implikasi berdosalah mereka yang tidak melakukannya. Pada dataran praktis,
doktrin ini membawa dampak sangat
positif.
Ia mendorong dan mempercepat terciptanya masyarakat ilmu (knowledge society)
dan budaya ilmu (knowledge culture), dua pilar utama setiap peradaban. 3). Faktor
sosial politik. Tumbuh dan berkembangnya budaya ilmu dan
tradisi ilmiah pada masa itu dimungkinkan antara lain ―jika bukan terutama―
oleh kondisi masyarakat Islam yang, meskipun terdiri dari bermacam-macam etnis
(Arab, Parsi, Koptik, Berber, Turki, dan lain lain), dengan latarbelakang
bahasa dan budaya masing-masing, namun berhasil diikat oleh tali persaudaraan
Islam. Dengan demikian terwujudlah stabilitas, keamanan dan persatuan. Para
pencari ilmu maupun cendekiawan dengan leluasa dan aman bepergian ke
pusat-pusat pendidikan dan keilmuan, dari Seville ke Baghdad, dari Samarkand ke
Madinah, dari Isfahan ke Kairo, atau dari Yaman ke Damaskus. Ini belum termasuk
mereka yang menjelajahi seluruh pelosok dunia Islam semisal Ibn Jubayr (w.
1217)
4). Faktor ekonomi. Kesejahteraan masyarakat masa itu membuka kesempatan
bagi setiap orang untuk mengembangkan diri dan mencapai apa yang diinginkannya.
Imam ad-Dhahabī (w. 1348), misalnya, menuntut ilmu hingga usia 20 tahun dengan
biaya orangtuanya. Namun umumnya, pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk
para penuntut ilmu. Di universitas dan sekolah-sekolah tinggi seperti
Nizamiyyah, Aziziyyah, Mustansiriyyah dan sebagainya, baik staf pengajar maupun
pelajar dijamin kehidupannya oleh badan wakaf masing-masing, sehingga bisa
konsentrasi penuh pada bidang dan karirnya serta produktif menghasilkan
karya-karya ilmiah. Dengan kemakmuran jugalah kaum Muslim dahulu dapat
membangun istana-istana yang megah, perpustakaan-perpustakaan besar dan
sejumlah rumah sakit.
5). Faktor dukungan dan perlindungan penguasa
saat itu. Para saintis semisal Ibn Sina, Ibn Tufayl dan
at-Tusi berpindah dari satu tempat ke tempat lain, mengikuti patron-nya.
Mereka menjadi penasehat sultan, dokter istana, atau sekaligus pejabat (Ibn
Sina diangkat sebagai menteri oleh penguasa Hamadan waktu itu).
C.
SEBAB – SEBAB MUNDURNYA UMAT ISLAM DI BIDANG IPTEKS
Dalam Kemunduran pengembangan Ilmu
Pengetahuan dalam Islam terjadi ketika kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai
pada awal abad ke-18. Ada beberapa faktor penyebab kemunduran uumat islam dalam
bidang IPTEKS
1. kesadaran
orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Oleh karena itu, orang barat
ingin mengambil alih kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari umat islam,
karena pada abad ke 9 - abad ke 13 M umat islam dengan menguasai iptek bisa
lebih baik kesejahteraannya dari pada oranga barat, sehingga mereka berusaha
untuk merebut kemajuan iptek dari umat islam.
2. Orang barat
yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa melalui agama
Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang iptek sejajar dengan umat islam. Akan
tetapi dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka mendapatkan kemajuan dalam
bidang iptek, mereka justru mulai menjauh dari agama mereka. Mereka menjadi
sekuler. Urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan iptek. Mereka
mungkin menganggap bahwa agama Nasrani dengan kitab Injil, justru menjadi
penghalang bagi kemajuan iptek. Mungkin hal ini disebabkan kerena banyak
penemuan-penemuan badu dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak sesuai
dengan ayat-ayat dalam Kitab Injil.
Misalkan tentang terbentuknya alam semesta ini, seperti yang
tertulis dalam Kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada.
Peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari, bertentangan dengan teori
yang ada dalam Kitab Injil. Ingat ketika Galileo Galilei mengumumkan teori
tentang peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari ditentang oleh
gereja, karena tidak sesuai dengan Bibel. Begitu pula dengan Nicolas Copernicus
mengumumkan teori tentang “heliocentris”, yaitu bumi berputar mengelilingi
matahari dan matahari sebagai pusat peredaran, juga ditentang oleh gereja.
Kedua ilmuan tersebut akhirnya dihukum mati oleh gereja.
Alhamdulillah, hal ini tidak terjadi dalam agama Islam, karena Al Qur’an
selalu sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ! bahkan Al Qur’an
bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukankah Al Qur’an
diciptakan oleh yang menciptakan alam semesta ini? jadi selalu akan sesuai !
3.
Orang-orang barat yang berjiwa
petualang berusaha menemukan “benua” baru, sehinggga mereka berusaha berlayar
denan route yang tidak lazim, seperti yang dilakukan oleh Amerigo Vespuci dan
Columbus pada tahun 1492 ke benua Amerika. Vasco de Gama pada tahun 1407 berlayar
ke Tanjung Pengaharapan. James Cook pada tahun 1770 pergi berlayar ke Australia
dan New Zealand serta kepulauan Pasifik. Penemuan-penemuan benua baru tersebut
ikut mempengaruhi route perdagangan yang berdampak terhadap negara-negara Islam
pada waktu itu. Route perdagangan yang semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi
pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa, setelah penemuan route (benua)
baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber pendapatan
negeri-negeri Islam jadi berkurang banyak.
4. Orang-orang barat sengaja
menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi Al Din di
Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber pengetahuan
dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu.
Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru
pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa
Islam telah memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an
M di Ulugh Beg (Samarkand). Jadi orang islam sudah lebih dahulu maju 1000 tahun
dari orang barat dalam hal pengerahuan tentang astronomi.
5. Perjanjian
perdagangan antara Sultan Sulaiman I (dinasti Utsmani) dari Turki dan Inggris,
yang pada mulanya untuk meringankan Turki mengimport barang-barang dari Inggris
dan negara-negara Eropa lainnya, tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak
tergantung pada ekonomi Eropa. Terlebih lagi dengan adanya revolusi industri di
Inggris dan di negara-negara Eropa lainnya, produk barang jadi dari Eropa makin
membanjiri negara-negara islam dan keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi
negara-negara islam lainnya.
6. Ketergantungan
negara-negara islam terhadap ekonomi Eropa lama kelamaan menjadi suatu bentuk
ketergantungan dalam bidang pemerintahan. Inilah awal mula pemerintahan
kolonialisme barat terhadap negara-negara islam. Akibat kolonialisme barat,
maka negara-negara islam yang pada mulanya bersatu dari Maroko sampai ke
Pakistan, kemudian terpecah belah menjadi negara-negara kecil berdasarkan
feodalisme, kesultanan , kerajaan dan keemiratan yang antara satu dengan
lainnya saling bersaing, bahkan sampai bermusuhan. Politik pecah belah, devide
et impera, telah melumpuhkan kejayaan islam pada masa lalu.
7. Akibat
kolonialisme negara-negara islam yang semula menggunakan bahasa Arab sebagai
bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh bahasa penjajah. Keadaan ini sedikit
banyak telah menjauhkan mereka dari Al Qur’an, padahal Al Qur’an adalah juga
sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
8. Akibat
kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam
mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih diperpapah lagi
dengan munculnya kapitalisme barat.
Faktor-faktor diatas menjadi
penyebab utama islam mulai tertinggal dari orang-orang barat dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, ada gejala umat islam mulai
mengenyampingkan ilmu kealaman yang justru sebenarnya banyak tersurat dan
tersirat di dalam Al Qur’an melalui ayat-ayat Kauniyyah. Padahal orang-orang
barat mulai bersemangat mempelajari dan meneliti ilmu kealaman yang mendasari
kemajuan.
Pada masa
kemunduran iptek di
dunia islam, kaum Muslimin tidak lagi mempunyai semangat yang tinggi
dalam menuntut ilmu. Bahkan sebagian mereka menjauhkan diri dari ilmu
pengetahuan, karena dianggap sekular dan produk Barat. Menurut Prof DR. Abdus
Salam, seorang ilmuwan Muslim asal Pakistan, kemunduran ilmu pengetahuan dan
teknologi di Dunia Islam lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor internal
umat Islam. Misalnya, terjadinya pemisahan dalam mempelajari ayat-ayat Qauliyah
dan ayat-ayat Kauniyah, kurang terjalinnya kerjasama antara ilmuwan Muslim dan
penguasa setempat untuk menjaga tradisi keilmuan di Dunia Islam, dan sikap
mengisolasi diri terhadap perkembangan iptek dunia luar.
Di zaman dewasa ini
perkembangan iptek di Dunia Islam amat memprihatinkan. Berbagai penemuan ilmiah
mutakhir seperti nuklir, cloning, dan kosmologi, meskipun tersirat secara
simbolik dalam Al-Qur’an, tetapi yang menemukannya adalah orang-orang
non-Muslim. Demikian pula penemuan ilmiah di bidang lain. Kaum Muslimin baru
menyadari bahwa prinsip-prinsip ilmu tersebut telah diungkapkan dalam Al-Qur’an
lima belas abad yang lalu, setelah ilmu tersebut ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan
non-Muslim. Suatu fakta menunjukkan bahwa, dewasa ini kaum Muslimin
senantiasa tertinggal dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
datang terlambat menafsirkan ilmu tersebut dari kebenaran Al-Qur’an. Suramnya
kondisi keilmuan di Dunia Islam diperparah oleh fenomena rendahnya persentase
umat Islam yang menuntut ilmu dari SD sampai perguruan tinggi, dan adanya
ketidakseimbangan antara ilmuwan Muslim dengan besarnya populasi penduduk
Muslim di dunia yang hampir mencapai 1,5 miliar. Sebagai contoh,
Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, saat ini hanya 11% siswa lulusan
SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Sementara itu, di Korea Selatan
terdapat 70% lulusan SMA yang melanjutkan ke PT. Sebagai ilustrasi pula jumlah
ilmuwan dan insinyur per satu juta orang di negara-negara non-Muslim seperti
Cina 71.297, Jepang 59.611, Jerman 42.557, Amerika Serikat 14.757 dan Korea
Selatan 2.426. Sedangkan Indonesia yang merupakan salah satu negeri Islam
terbesar hanya sekitar 1.280. Dari jumlah ilmuwan tersebut yang terlibat dalam
penelitian dan pengembangan adalah Indonesia sebesar 3,2%, Korea Selatan 46,5%,
AS 22,1%, Jepang 8,1% dan Jerman 5,5%. Data tersebut mengindikasikan bahwa
Indonesia yang mayoritas berpenduduk Muslim merupakan negara yang memiliki
ilmuwan dan insinyur paling sedikit.
Fenomena kemunduran iptek di Dunia
Islam menyebabkan banyak implikasi di berbagai bidang. Misalnya Dunia Islam
masih banyak yang masuk dalam daftar adopter country, yaitu negara yang masih
dalam taraf menggunakan teknologi yang diadopsi dari bangsa lain. Menurut
mantan Menristek Hatta Rajasa beberapa waktu lalu, Indonesia bisa melorot
menjadi isolated country, yakni, negara yang terkungkung karena tidak mampu
menghasilkan produk dengan teknologi sendiri karena bisanya hanya menjadi
pengguna teknologi. Akibatnya terjadilah di Dunia Islam adopsi teknologi impor.
Adopsi teknologi impor ini telah menyentuh berbagai bidang kehidupan, seperti
transportasi, pangan, kedokteran, komunikasi, bioteknologi, dan
lain-lain. Bahkan sistem ekonomi, perbankan, pendidikan, dan pemerintahan
pun merupakan sistem yang diadopsi dari negara lain. Akibat dominasi teknologi
impor ini, di Dunia Islam muncui umat Islam yang kebarat-baratan. Sayangnya,
yang ditiru dari peradaban Barat hanya pada tataran surface saja seperti
lifestyle, mode, perilaku, dan lain-lain yang sering bertentangan dengan
nilai-nilai moral agama. Adapun peradaban Barat yang baik seperti kesungguhan
dalam bekerja, tepat waktu, disiplin, penghargaan terhadap karya orang lain,
administrasi dan manajemen yang baik, motivasi belajar, penelitian, dan
lain-lain tidak pernah dicontoh.
Dampak lain dari kemunduran Dunia Islam
di bidang iptek ialah tumbuh suburnya kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan,
minimnya pendapatan perkapita, dan merajalelanya pengangguran. Di samping itu
banyak negara-negara Islam yang terjerat hutang luar negeri. Indonesia
misalnya, sekitar 60% hidup di bawah garis kemiskinan dan 10-20%
penduduknya hidup dalam kemiskinan absolut. Sementara itu jumlah pengangguran
di Indonesia hampir mencapai 40 juta orang. Negara-negara Islam yang lain,
meski tidak separah Indonesia, mereka menghadapi problem yang tidak jauh
berbeda, terutama dalam masalah hutang luar negeri.
D.
USAHA – USAHA YANG DILAKUKAN UMAT ISLAM UTNTUK BANGKIT
KEMBALI DI BDANG IPTEKS
Benturan-benturan antara Islam dengan kekuatan Eropa
menyadarkan umat Islam bahwa jauh tertinggal dengan Eropa dan yang merasakan
pertama persoalan ini adalah kerajaan Turki Usmani yang langsung menghadapi
kekuatan Eropa yang pertama kali. Kesadaran tersebut membuat penguasa dan
pejuang-pejuang Turki tergugah untuk belajar dari Eropa. Guna pemulihan kembali
kekuatan Islam, maka mengadakan suatu gerakan pembaharuan dengan mengevaluasi yang
menjadi penyebab mundurnya Islam dan mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu
pengetahuan dari barat. Gerakan pembaharuan tersebut antara lain Gerakan
Wahhabiyah yang diprakarsai oleh Muhammad ibn Abdul Wahhab (1703-1787 M) di
Arabia, Syah Waliyullah (1703-1762) M di India dan Gerakan Sanusiyyah di Afrika
Utara yang dikomandoi oleh Said Muhammad Sanusi dari Al Jazair Gerakan
penerjemahan karya-karya Barat kedalam bahasa Islam dan pengiriman para pelajar
muslim untuk belajar ke Eropa dan Inggris dalam gerakan pembaharuan sangat
lekat dengan politik. Ide politik yang pertama muncul yaitu Pan Islamisme atau
persatuan Islam sedunia yang digencarkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiyah,
setelah itu diteruskan dengan lebih gencar oleh tokoh pemikir Islam yang bernama
Jamaluddin Al Afghani (1839-1897). Menurut Jamaluddin, untuk pertahanan Islam, harus
meninggalkan perselisihan- perselisihan dan berjuang dibawah panji bersama dan
juga berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-negeri islam.
Dengan ide yang demikian, ia dikenal atau mendapat julukan bapak nasionalisme
dalam Islam. Gagasan atau ide Pan Islamisme yang digelorakan oleh jamaluddin
disambut oleh Raja Turki Usmani yang bernama Abd. Hamid II (1876-1909) dan juga
mendapat sambutan yang baik di negeri-negeri Islam. Akan tetapi setelah Turki
Usmani kalah dalam perang dunia pertama dan kekhalifahan dihapuskan oleh
Musthofa Kemal seorang tokoh yang mendukung gagasan nasionalisme, rasa
kesetiaan kepada Negara kebangsaan. Di Wilayah Mesir, Syiria, Libanon,
Palestina, Hijaz, irak, Afrika Utara, Bahrein dan Kuwait, nasionalismenya
bangkit dan nasionalisme tersebut terbentuk atas dasar kesamaan bahasa. Dalam
penyatuan Negara arab dibentuk suatu liga yang bernama Liga Arab yang didirikan
pada tanggal 12 Maret 1945. Di India dibentuk gerakan nasionalisme yang
diwakili oleh Partai Kongres Nasional India dan juga dibentuk komunalisme yang
digagas oleh Komunalisme Islam yang disuarakan oleh Liga Muslimin yang
merupakan saingan bagi Partai Kongres nasional. Di India terdapat pembaharu
yang bernama Sayyid Ahmad Khan (1817-1898), Iqbal (1876-1938) dan Muhammad Ali
Jinnah (1876-1948). Di Indonesia, terdapat pembaharu atau partai politik besar
yang menentang penjajahan diantaranya a. Sarekat Islam (S I ) dipimpin oleh HOS
Tjokroaminoto berdiri pada tahun 1912 dan merupakan kelanjutan dari Sarikat
Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1911. b. Partai Nasional
Indonesia (PNI) didirikan oleh Sukarno (1927) c. Pendidikan nasional Indonesia
(PNI-baru) didirikan oleh Muhammad Hatta pada tahun (1931) d. Persatuan
Muslimin Indonesia (Permi) menjadi partai politik tahun 1932 yang dipelopori
oleh Mukhtar Luthfi Munculnya gagasan nasionalisme yang diiringi oleh
berdirinya partai-partai politik tersebut merupakan asset utama umat Islam
dalam perjuangan untuk mewujudkan Negara merdeka yang bebas dari pengaruh
politik barat. Sebagai gambaran dengan nasionalisme dan perjuangan dari
partai-partai politik yang penduduknya mayoritas muslim adalah Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang mayoritas muslim yang pertama kali berhasil
memproklamirkan kemerdekaannya yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Negara kedua yang
terbebas dari penjajahan yaitu Pakistan. Merdeka pada tanggal 15 agustus 1947
dengan presiden pertamanya Ali Jinnah. Di wilayah timur tengah, Mesir resmi
merdeka pada tahun 1992 dan benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952
dengan pimpinan pemerintahan yang bernama Jamal Abd Naser. Irak merdeka tahun
1932, tetapi rakyatnya merasa merdeka baru tahun 1958 dan Negara lain seperti
Jordania, Syiria dan Libanon merdeka pada tahun 1946 Di Afrika, Lybia merdeka
pada tahun 1962, Sudan, Maroko merdeka tahun 1956 M, Aljazair tahun 1962.
Negara lain yang merdekanya hamper bersamaan seperti Negara Yaman Utara, Yaman
selatan, dan Emirat Arab. Di Asia Tenggara, Malaysia, Singapura merdeka tahun
1957 dan Brunai Darussalam merdeka pada tahun 1984. Selain itu, Negara Islam
yang dahulunya bersatu dalam Uni Soviet seperti Turkmenia, Uzbekistan,
Kirghistan, Khazakhtan Tajikistan dan Azerbaijan dan Bosnia baru merdeka pada
tahun 1992.
Dan upaya-upaya
yang mendukung kembali kemajuan
umat islam di bidang sains dan teknologi. Terdapat dalam
Al-Qur’an sendiri adat 750
ayat-ayat kauniyah atau hampir seperdelapan kandungan Al-Qur’an yang mengingatkan
kaum Muslimin agar senantiasa mempelajari alam semesta dan terus berfikir
dengan menggunakan penalaran yang sebaik-baiknya. Dalam Al-Qur’an juga terdapat
32 surah yang membahas fenomena alam dan materi. Selain itu kata ‘aql dengan
berbagai bentuknya disebutkan sebanyak 49 kali. Demikian pula kata ‘ilmu dalam
berbagai bentuknya disebutkan sebanyak 854 kali. Kata ulul albab dan
kualifikasinya disebutkan dalam beberapa surah antara lain al-Baqarah:
179,197,269, Ali-Imran: 7,190,191, ar-Ra’ad: 19, Shad: 29, 43, Az-Zumar: 18
&21. Selain itu, Al-Qur’an juga menjelaskan keutamaan dan derajat orang
yang berilmu, seperti dalam Qs. Al-Fathir: 28, An-Nisa: 162, dan al-Mujadilah:
11. Jika umat Islam menginginkan dirinya sebagai unggul dalam percaturan
global, maka mau tidak mau umat Islam harus mampu mengejar ketertinggalannya di
bidang iptek. Di samping itu, umat Islam harus mempunyai kesadaran ruhiyah yang
tinggi serta motivasi yang kuat dalam mengkaji Al-Qur’an.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jika melihat kilas balik sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan, disadari bahwa ilmu pengetahuan yang ada saat
ini, yang berkembang dengan sangat pesat, tidak akan terjadi jika tidak dimulai
oleh pemikiran pemikiran hebat ilmuwan islam pada zaman dahulu. Hal ini
dikarenakan umat islam zaman dahulu memiliki keingintahuan yang tinggi dan umat
islam mempunyai sumber dari segala sumber ilmu yakni Al-Qur’an dan Hadits.
Pemikiran-pemikiran ilmuwan islam
menjadikan peradaban islam merupakan peradaban paling maju, sehingga islam
berada pada masa keemasannya. Masyarakat pada saat itu hidup dengan sejahtera.
Hal ini dibuktikan dengan teknologi pertanian masyarakat pada saat itu sudah
modern, dan menghasilkan hasil pertanian yang melimpah jika dibandingkan dengan
teknologi pertanian eropa yang pada masa itu berada dalam abad kegelapan.
Bangsa Eropa pun kemudian menyadari bahwa ilmu pengetahuan merupakan hal yang
dibutuhkan untuk mereka melepaskan diri dari abad kegelapan, mereka mulai
melirik umat islam dan berusaha merebut sumber-sumber ilmu pengetahuan,
hasil-hasil pemikiran ilmuwan islam dengan berbagai cara, hal ini didukung oleh
stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam mulai menurun,
dan menyebabkan semakin terpuruknya umat islam.
B. SARAN
Ada tiga upaya konkret yang bisa
dilakukan umat untuk mengembalikan kejayaan Islam di masa lampau. Yang pertama
adalah merapatkan barisan. Upaya lainnya adalah kembali kepada tradisi keilmuan
dalam agama Islam. Sementara upaya ketiga adalah dengan mewujudkan sistem yang
berdasarkan syariah Islam
DAFTAR
PUSTAKA
Ø W Wisnu, Arya. Melacak Teori Einstein dalam Al Qur'an.
Baiquni, A. Al Qur’an, Ilmu
Pengetahuan, dan Teknologi PT Dana Bhakti Prima Yasa. Yogyakarta.
1996. Farhana.
Ø Peradaban Islam
Masa Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan dan Kemajuan. Media
Ø ilmu.Henra G. Kemunduran Umat Islam dan Sains dan
Teknologi
Ø . www.hendragalus.wordpress.com Uli
dan Rio L. Dulu Islam Pernah Berjaya
Ø . www.swaramuslim.net Solihin. O.
Sejarah Kejayaan Islam
Ø . www.gaulislam.com