Dakwah
Bi Hal Melalui Pengembangan Dan Penerapan
IPTEKS
Dakwah boleh difahami sebagai usaha
mengajak orang lain mendekati Allah subhanahu wa ta’ala, menyeru mereka
ke arah kebenaran dan seterusnya dapat mengikut apa yang digariskan dalam
ajaran Islam. Sedangkan, dakwah bi al-hal merupakan aktivitas dakwah
Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap
kebutuhan penerima dakwah , sehingga tindakan nyata tersebut sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah. Misalnya dakwah dengan
membangun rumah sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang
membutuhkan keberadaan rumah sakit. Tema utama dakwah ke lapisan bawah
adalah dakwah bi al-hal, yaitu dakwah yang diletakkan kepada perubahan
dan perhatian kondisi material lapisan masyarakat miskin. Dengan
perbaikan kondisi material itu diharapkan dapat mencegah kecenderungan
ke arah kekufuran karena desakan ekonomi.
Kemajuan IPTEK pada era globalisasi
ini pasti akan mewarnai pembangunan yang membawa fenomena. Batas-batas system
nasional disemua Negara hampir hilang dan orang diseluruh dunia saling
mempengaruhi meskipun tidak bertemu muka. Globalisasi merupakan hasil dari
kemajuan IPTEK sebagai kelanjutan dari revolusi industri., memang telah banyak
memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan manusia. Namun disisi lain
manusia semakin tidak tenteram dan tidak
ada
kedamaian dalam kehidupannya akibat dari perasaan cemas dari dampak negative yang
ditimbulkan oleh globalisasi. Dimana bencana dan bahaya setiap saat dapat mengancam
kehidupan mereka.
Dari sekian gejala social yang
ditimbulkan oleh globalisasi diatas, ada fenomena umum yang dapat dirasakan
atau dilihat dewasa ini apabila dikaitkan dengan dakwah, maka hal tersebut
merupakan tantangan dan juga “pekerjaan rumah” bagi para da’i (juru dakwah).
Artinya para da’i harus tampil dengan jurus-jurus jitu dalam menyampaikan
bahasa agama pada kehidupan masyarakat yang sudah terkontaminasi dengan era
globalisasi itu. Bila para da’i masih tampil dengan gaya lama, sementara
kondisi kekinian tampil dengan problema globalisasi yang serba menantang, maka
mau tidak mau, suka tidak suka pasti gaya lama akan “tergusur”. Akibatnya
upaya-upaya untuk membumikan ajaran islam ditengah-tengah masyarakat, baik
masyarakat kota maupun masyarakat pedesaan pasti mengalamai hambatan.
Bila kita amatai dikawasan industri
dan masyarakat perkotaan misalnya, berdomisili banyak ilmuan dari berbagai
disiplin ilmu serta para usahawan yang sukses. Namun mereka haus ketenangan
batin atau kertenangan jiwa. IPTEK yang dimilikinya tidak mampu memberikan
kepuasan batin dan ketenangan jiwa, sehingga mereka berusaha menemukan itu
melalui pendekatan ajaran spiritual keagamaan. Mereka berusaha memadukan antara
disiplin ilmu yang ditekuninya dengan ajaranajaran
agama
yang diyakininya , sehingga agama terasa dan terbukti semakin rasional dan
menyentuh. Oleh karena itu dibutuhkanlah dakwah al bil-hal ini.
A. Setiap
Muslim Adalah Da’i
“Kita
adalah da’i sebelum menjadi apapun”. Dari kalimat tersebut dapat kita simpulkan
bahwa pada dasarnya, kita adalah seorang da’i sebelum kita menjabat suatu
profesi apapun. Perkataan Hassan Al-Banna tersebut dapat menjadi cerminan,
bahwa pada hakikatnya, seorang muslim adalah pendakwah. Ketika seseorang
menuntut ilmu dan memiliki pengetahuan, saat itu pula ia memiliki kewajiban
untuk menyebarluaskan ilmu yang dimilikinya tersebut. Ketika seseorang sadar
bahwa ia telah memiliki bekal untuk mengamalkan sunnah, saat itu pula ia
berkewajiban menyeru orang lain kepada Islam. Banyak hal yang dapat kita
lakukan untuk mengaktualisasikan amanah dalam kita menjadi seorang da’i, salah
satunya adalah menjadi seorang murobby.
Murobby
merupakan sumber atau penyalur ilmu dari sumber untuk disampaikan dan
dipahamkan kepada mad’u atau sang murobby. Sebab itulah peranan murobby sangat
mempengaruhi keberlangsungan serta output dari kegiatan tarbiyah. Sebagai
simpul dakwah terhadap jama’ah, seorang murobby dituntut memikirkan kegiatan
dakwah dengan segenap perhatiannya. Untuk menjadi seorang murobby idaman, kita
hendaknya memperhatikan beberapa hal, seperti ruhiyah. Ruhiyah adalah dasar
keberhasilan dakwah. Jika ruhiyah terabaikan, sebagus apapun retorika dakwah
kita dan pemahaman kita terhadap kondisi mad’u semuanya akan sia-sia.
Seorang murobby harus
memiliki niat yang ikhlas. Ikhlas karena Allah Ta’ala semata, membuang
jauh-jauh tendensi untuk mencari popularitas atau pujian apalagi niatnya adalah
untuk mencari pengikut yang banyak. Niat yang ikhlas karena Allah Ta’ala
bermakna seorang murobby melakukan tarbiyah untuk mendekatkan diri (taqarrub)
kepada Allah subuhanahu wa ta’ala, memperbaiki hamba-Nya dan
mengeluarkan mereka dari kegelapan kebodohan dan kemaksiatan menuju cahaya ilmu
ketaatan. Niat yang ikhlas juga akan menggiring seorang murobby melahirkan
dakwahnya dari dasar kecintaan kepada Allah dan untuk agama-Nya, serta
kecintaan kepada kebaikan untuk semua manusia. Allah Ta’ala berfirman yang
artinya:
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan?” (QS. Hud: 15-16)
B. Bekerja Adalah Dakwah
Di
dalam dunia pekerjaan, seorang Muslim adalah bertanggungjawab untuk berdakwah. Tidak
kiralah apa kategori pekerjaan, sama ada bekerja di dalam pejabat yang berhawa dingin,
di tapak pembinaan ladang dan sawah sekalipun, tanggungjawab sebagai Da’i itu
terletak di bahu kita. Kita perlu dakwah di tempat kerja. Ia selaras dengan
firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Surah Ali Imran ayat 110 yang artinya:
‘Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah daripada yang munkar, dan beriman
kepada Allah.’
Usaha berdakwah di tempat kerja ini janganlah disalahartikan
dengan pengertian yang sempit.
Dakwah bukan
bermaksud untuk mengajak manusia melupakan tanggungjawab bekerja dan
melaksanakan amal ibadah yang spesifik semata-mata. Bekerja itu sendiri
merupakan satu ama libadah apa lagi jika ianya diniatkan kerana Allah subhanahu
wa ta’ala dan dilaksanakan dengan penuh amanah, fokus dan ikhlas. Usaha
dakwah juga jangan ditafsirkan sebagai ‘hendak tunjuk alim’ atau ‘hendak tunjuk
pandai’. Jika begitu, semua orang akan takut untuk berdakwah kerana seorang
Da’i yang member dakwah tidak mau dipandang sebagai penyibuk manakala yang menerima
dakwah pula berasa tidak selaras dan menganggap konteks dakwah itu sebagai
sesuatu yang tidak bermanfaat.
Adapun ganjaran usaha
dakwah. Firman-Nya dalam surah Ali-Imran ayat104 yang artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."
Sebagai da’i di dalam konteks dunia pekerjaan, seseorang itu
perlulah terlebih dahulu memperlengkapkan dirinya supaya usaha dakwahnya akan
menjadi sempurna.
C. Kewajiban
Mengembangkan Dan Menyampaikan Ilmu Pengetahuan
Menyampaikan
ilmu sangatlah penting untuk kemajuan Agama, Bangsa dan Negara, baik dalam segi
moral maupun material. Dan ilmulah yang memperbaiki semuanya. Memyampaikan ilmu
bermanfaat untuk kehidupan, kebahagian dunia dan akherat. Orang yang
mendengarkan dan menyampaikan ilmu bagaikan tanah yang terkena air hujan,
mereka adalah orang alim yang mengamalkan ilmunya dan mengajar. Seperti yang
diterangkan dalam Al-Quran yang artinya
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolong umat yang
menyeru pada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. “ (Ali Imran, 104)
Menuntut ilmu adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan
perilaku kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan
menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Menuntut ilmu merupakan ibadah
sebagaiman sabda Nabi Muhammad salallahu alahi wassalam. Artinya :
“Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan
perempuan”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara
laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah
terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan
tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.
Adapun beberapa dasar
hukum menuntut ilmu antara lain adalah sebagai berikut.
1.
Hadits Rasullulah salallahu alaihi wassalam
Yang berbunyi :”Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap
muslim, waktunya adalah dari buaian ibu (bayi), sampai masuk liang kubur”. Hadits
dari Rasullulah salallahu alaihi wassalam yang sangat jelas sekali perintahnya,
bahwa dalam Islam menuntut ilmu hukumnya adalah wajib yang artinya adalah jika
dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat pahala, jika diabaikan,
disepelekan/tidak dilaksanakan kita akan mendapat dosa. Jadi permasalahan yang
mendesak sekarang adalah, jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, segeralah
dan jangan ditunda-tunda lagi untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar
dalam artian yang sesuai dengan Alqur`an dan Hadits Shahih dari Rasullulah salallahu
alaihi wassalam, agar kita memperoleh petunjuk dan kebenaran dalam Islam
yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui Rasulnya Muhammad
salallahu alaihi wassalam, sehingga kita dasar dalam beragama Islam
tidak hanya mendugaduga atau berprasangka saja.
2.
Al-Qur’an Surat Al-Ashr
Yang berbunyi sebagai berikut: "Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh dan nasehat menasehati Supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran". Ingatlah Allah subhanahu
wa ta’ala telah bersumpah dalam surat ini dengan masa / waktu yang
didalamnya terjadi peristiwa yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap
manusia didunia ini, baik itu orang Islam atau di luar Islam pasti akan
mengalami kerugian, kecuali yang memiliki 4 (empat hal) yaitu : 1. Iman, 2.
Amal Shaleh, 3. Saling menasehati supaya mentaati kebenaran, 4. Saling
menasehati supaya menetapi kesabaran.
3. Hadits-Hadits
tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
a. “Niscaya
Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.“ (QS. Al
Mujadalah, 11)
b. “Menuntut
ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah).” (HR.
Ibnu Majah)
c. “Seseorang
yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju Syurga.” (Shahih Al Jami)
d. Barang
siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke
syorga. (HR. Muslim).
e. “Barangsiapa
melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Bukhari)
f. “Siapa
yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Alloh sampai dia
kembali.” (Shahih Tirmidzi)
g. “Tuntutlah
ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan
bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.” (HR. Ath-Thabrani)
h. “Sebaik-baik
kalian adalah orang yang belajar Qur’an dan yang mengajarkannya.” (HR
Bukhari )
i.
“Kelebihan seorang alim (ilmuwan)
terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh
bintang.” (HR. Abu Dawud )
j.
“Siapa yang Allah kehendaki menjadi
baik maka Allah akan memberikannya pemahaman terhadap Agama.” (Sahih
Ibnu Majah)
k. Abdullah
bin Mas’ud berkata, “Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada
dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu
dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah
oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya.” (Bukhari)
l.
“Termasuk mengagungkan
Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua yang muslim
dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil.” (HR.
Abu Dawud dan Aththusi)
m. “Janganlah
kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk
diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula
menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk
menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya
neraka … neraka.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
n. “Barangsiapa
ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari
kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka.” (HR.
Abu Dawud)
o. “Orang
yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah
menjadikan ilmunya tidak bermanfaat.” (HR. Al-Baihaqi)
p. “Sesungguhnya
Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan
mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian
orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia
memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan.” (Mutafaq’alaih)
q. “Saling
berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya
berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat
dalam harta.” (HR. Abu Na’im)
r.
“Sedikit ilmu lebih baik dari banyak
ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada
Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya
sendiri.” (HR. Ath-Thabrani)
s. Nabi
Muhammad salallahu alaihi wassalam bersabda, Artinya : "Barang
siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia
memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia)
diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang
meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula".
(HR.Bukhari dan Muslim) Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist,
maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik
laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi
umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu
artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat
atau mendengar.
Assalamualaikum.. ka mau tanya materi ini ada di buku apa, kalo boleh tau apa nama buku nya
BalasHapusThanks, ini sangat membantu 👍
BalasHapus