PRINSIP DAN AJARAN
ISLAM DALAM ILMU PENGETAHUAN
A. Pendahuluan
Kemajuan ilmu pengetahuan telah memberikan kemudahan-kemudahandan kesejahteraan bagi kehidupan
manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologimerupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan
munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah
terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang
lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi.
Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Al-quran,
sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adalah firman Allah SWT dalam surat
Al-Anbiya ayat 80 yg artinya :
“Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi
untuk kamu guna
memelihara diri dalam peperanganmu”.
Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu
dengan sarana teknologi. Sehinggatidak mengherankan jika abad ke-7 M telah
banyak lahir pemikir Islam yangtangguh produktif dan inovatif dalam
pengembangan ilmu pengetahuan danteknologi. Tetapi sangat disayangkan bahwa
kemajuan-kemajuan itu tidak sempatditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya
sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnyamelepaskan kepeloporannya.
Lalu bangsa Barat dengan mudah mengambil
danmentransfer ilmu dan teknologi yang dimiliki dunia Islam dan dengan mudah
pulamereka membelenggu para pemikir Islam sehingga sampai saat ini
bangsaBaratlah yang menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan
teknologi.Sains dan Islam merupakan dua bidang ilmu pengetahuan yang
sedanghangat-hangatnya diperbincangkan. Sains dan Islam merupakan bidang ilmu pengetahuan yang memiliki cara
pandang yang berbeda dalam menyikapi kehidupan di zaman ini.
Namun
disamping perbedaan tersebut masih ada 2hubungan timbal-balik yang
sangat dahsyat diantara sains dan Islam, apabiladi keduanya di integrasikan dengan pola baik. Hubungan
antara
sains dan agama kini menjadi pertimbangan pentingdikalangan pemikir, dan
pembentukan kuliah-kuliah akademik tentang sains danIslam merupakan petunjuk
kuat tentang hal tersebut.
Oleh karena demikian, makamakalah
yang dihadapan saudara ini adalah salah satu bentuk upaya untuk mengkaji
pandangan hubungan sains dan Islam, yakni dari sisi pandangan
konflik,independensi, dialog, dan integrasi.Islam memiliki kepedulian dan
perhatian penuh kepada ummatnya agar terus berproses untuk menggali
potensi-potensi alam dan lingkungan menjadisentrum peradaban yang gemilang.
Dalam konteks ini, tidak ada pertentanganantara sains
dan Islam, dimana keduanya berjalan seimbang dan selaras untuk menciptakan
khazanah keilmuan dan peradaban manusia yang lebih baik
darisebelumnya.Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa Islam
tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam
sangatmendukung umatnya untuk melakukan penelitian dan bereksperimen dalam
halapapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam, sains dan teknologi
adalahtermasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya.
Ayat-ayatAllah yang tersebar di alam semesta ini
merupakan anugerah bagi manusiasebagai khalifatullahdi bumi untuk diolah dan dimanfaatkan
dengan sebaik- baiknya.
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui
prinsip- prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi
MuhammadSAW yang berbunyi:
Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan. DiaTelah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam. Diamengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-Isra: 1-5).
a. Ilmu
dalam perspektif menurut islam
Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif
Islam, Menurut Langgulung pendidikan Islam tercakup dalam delapan pengertian,
yaitu At-Tarbiyyah Ad-Din (Pendidikan keagamaan), At-Ta’lim fil Islamy
(pengajaran keislaman), Tarbiyyah Al-Muslimin (Pendidikan orang-orang islam),
At-tarbiyyah fil Islam (Pendidikan dalam islam), At-Tarbiyyah ‘inda Muslimin
(pendidikan dikalangan Orang-orang Islam), dan At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah
(Pendidikan Islami).
Arti pendidikan Islam itu sendiri
adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi
adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang
pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya
teori. Hakikat manusia menurut Islam adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat
wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungan. Manusia sempurna menurut Islam adalah jasmani yang
sehat serta kuat dan Berketerampilan, cerdas serta pandai. Tujuan umum
pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut
Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada
Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
1.
Pendidikan dalam perspektif islam
Pengertian pendidik adalah orang
dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan. Pendidik
Islam ialah Individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami dalam
situasi pendidikan islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Langgulung (1997),
pendidikan Islam tercakup dalam delapan pengertian, yaitu At-Tarbiyyah Ad-Din
(Pendidikan keagamaan), At-Ta’lim fil Islamy (pengajaran keislaman), Tarbiyyah
Al-Muslimin (Pendidikan orang-orang islam), At-tarbiyyah fil Islam (Pendidikan
dalam islam), At-Tarbiyyah ‘inda Muslimin (pendidikan dikalangan Orang-orang
Islam), dan At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah (Pendidikan Islami).
Pendidik Islam ialah Individu yang
melaksanakan tindakan mendidik secara Islami dalam situasi pendidikan islam untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Para ahli pendidikan lebih menyoroti
istilah-istilah dari aspek perbedaan antara tarbiyyah dan ta’lim, atau antara
pendidikan dan pengajaran. Dan dikalangan penulis Indonesia, istilah pendidikan
biasanya lebih diarahkan pada pembinaan watak, moral, sikap atau kepribadian,
atau lebih mengarah kepada afektif, sementara pengajaran lebih diarahkan pada
penguasaan ilmu pengetahuan atau menonjolkan dimensi kognitif dan psikomotor.
Pengertian pendidikan bahkan lebih
diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai
aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang
atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan
keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental,
dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan
antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan
hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa
pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan
nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).
Menurut Prof. Dr. Mohammad Athiyah al Abrasyi pendidik
itu ada tiga macam :
a. Pendidikan Kuttab Pendidikan ini
ialah yang mengajarkan al Qu’ran kepada anak-anak dikuttab. Sebagian diantara
mereka hanya berpengetahuan sekedar pandai membaca, menulis dan menghafal al
Qur’an semata.
b. Pendidikan Umum Ialah pendidikan pada umumnya,
yang mengajarkan dilembaga-lembaga pendidikan dan mengelola atau melaksanakan
pendidikan Islam secara formal sperti madrasah-madrasah, pondok pesantren
ataupun informal seperti didalam keluarga.
c. Pendidikan Khusus Adalah pendidikan
secara privat yang diberikan secara khusus kepada satu orang atau lebih dari
seorang anak pembesar kerajaan (pejabat) dan lainnya.
2.
Defenisi Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu
pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah
teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang
pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori,tetapi
isi lain juga ada ialah :
1. Teori.
2. Penjelasan tentang teori itu.
3. Data yang mendukung tentang
penjelasan itu.
Islam adalah nama Agama yang dibawa
oleh nabi Muhammad saw, yang berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan
manusia ; ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada al Qur’an dan
hadist serta aqal. Penggunaan dasarnya haruslah berurutan :al Qur’an lebih
dahulu ; bila tidak ada atau tidak jelas dalam al Qur’an maka harus dicari
dalam hadist ; bila tidak ada atau tidak jelas didalam hadist, barulah
digunakan aqal (pemikiran), tetapi temuan aqal tidak boleh bertentangan dengan
jiwa al Qur’an dan hadist.
- Tujuan umum pendidikan manusia
1. Hakikat
manusia menurut Islam
Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat
wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungan. Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan
didunia barat, dikatakan bahwa perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh
pembawaan (nativisme) sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan
bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme),
sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa
perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi).
Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai
potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan dalam surah al Qashash
ayat : 77 :
“Carilah
kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu tidak boleh
melupakan urusan dunia”
3.
Manfaat
Ilmu Bagi Manusia
Manusia diciptakan oleh
Allah dalam bentuk makhluk hidup yang sebaik-baiknya. Sesuai dengan firman
Allah dalam surat At-Tîn : 4
Artinya :
“Sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. 95 : 4)
Manusia
diberi karunia berupa akal pikiran sebagai bekal dalammengarungi hidup dan kehidupan.
Oleh sebab itu, manusia dan ilmumemiliki nilai hubungan yang sangat erat.
Manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa ilmu atau berfikir dan ilmu tidak akan
terwujud dan berkembang tanpa peranan manusia. Maka, ilmu memiliki beberapa manfaat
bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
1.
Ilmu
Sebagai Pemersatu
Dalam AI-Qur’ân banyak ayat yang menyuruh untu
berfikir,memperhatikan tentang penciptaan langit dan bumi, dan Al-Qur’an bersifat
umum dan global. Ini memberikan indikasi bahwa Islam merupakan agama yang
bersifat universal dan sesuai dengan akal sehat, islam dapat dianut oleh bangsa
manapun.
Kemudian
setiap muslim harus berusaha membangun kembaliperadabannya, dengan berpegang
teguh pada wahyu Ilahi, sebagai sumber segala sumber pegangan hidup. Namun,
mungkinkah keberadaan agama Islam yang lengkap dan universal itu pada
kenyataannya mampu membawa umat Islam pada zaman kejayaannya lagi seperti zaman
Abbasiyah.
Sampai
pada abad nuklir ini umat Islam masih berada dalam 23 posisi ketinggalan dalam sektor
ilmu pengetahuan. Tetapi permasalahannya sekarang, bagaimana pribadi muslim
mengkaji aspek peradaban, sejarah dan sains dunia Islam yang dibangun secara
universal itu. Penulis sepakat dengan pendekatan yang dipakai oleh Hassan
Hanafi, yaitu rekonstruksi tauhid ajaran pokok dalam Islam. Menurutnya untuk
membangun kembali
peradaban Islam harus dengan membangun kembali semangat tauhid. Tauffid
merupakan pandangan dunia, asal seluruh ilmu pengetahuan.
Untuk memahami Islam dan tauhid secara benar, penelitimenulis
pemyataan sebagai berikut : Islam adalah norma kehidupan yang sempuma dengan
setiap bangsa dan setiap waktu. Firman Allah adalah abadi dan universal, yang
mencakup seluruh aktifitas dari seluruh suasana kemanusiaan tanpa perbedaan
apakah aktifitas mental atau aktifitas duniawi.
Dari
pernyataan tersebut, dapat diambil suatu pemahaman bahwaagama Islam tidak hanya
berbicara pada akhirat dan mental saja, tetapi lebih komprehensif dan
universal, agama Islam tidak membedakan antara kegiatan rohani dengan dunia.
Oleh karena itu ilmu dalam perspektif Islam yaitu tauhid dan suci, ia sebagai
penggerak pembangunan peradaban Islam. Dan ilmu memiliki banyak dimensi sebagai
mana penulis sudah dijelaskan di depan yaitu dimensi ilmu.
Antar
dimensi ilmu satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan yang mengikat erat
serta memuat tatanan nilai integratif dengan kepribadian, yakni menghidupkan semangat
tauhid terhadap kepribadian muslim. Seperti pendapat
Murtadha Mutahhari,
“pandangan dunia tauhid berarti bahwa alam semesta ini unipolar dan uniaxial.
Pandangan dunia Tauhid berarti bahwa hakekat alam semesta ini berasal dari
Allah dan akan kembali kepada-Nya”.
Dengan
demikian sudah jelas bahwa ilmu dalampandangan agama Islam merupakan perwujudan
integritas antara duniawidan religi, rohani dan jasmani. Lantas perkara itu
akan diwujudkan dalam ilmu ibadah syari'ah Islam yang ada, yaitu syahadah,
sholat, puasa, zakat, dan haji. Selanjutnya menurut buku yang berjudul tauhid
menjelaskan bahwa “setiap manusia, menurut Islam adalah mukallaf, yakni
dibebani tugas untuk merealisasikan kehendak Ilahi”.Ini berarti semua manusia wajib
menjalankan tugas sebagai khalifah di Bumi untuk mewujudkan kehendak Allah.
Ilmu yang tadinya berasal dari yang Tauffid harus dijaga agar tetap membawa
ajaran tentang tuhan. Amanat ini tidak terikat dengan ruang dan waktu dan
ajaran ini tidak dapat ditawar-tawar lagi.
2. Ilmu Sebagai Kawan
Komunikasi atau Dialog.
Sejak
semula manusia diciptakan sebagai makhluk yang dialogis,ia merupakan makhluk yang
hidup dengan akal dan jiwa. Arti hidup pada manusia yaitu sebuah kehidupan yang
kreatif tidak seperti hewan atau lainnya. Menurut Descartes “Saya berpikir,
karena itu saya ada”.Manusia dapat dikatakan ada dan diakui keberadaannya bila
dia berfikir dan juga berdialog. Dalam dataran ini kedudukan dan aktifitas
manusia adalah dinamis yang pada gilirannya akan senantiasa berkomunikasi dengan
lingkungannya secara kritis, inovatif, kreatif dan mengutamakan kehormatan ilmu
serta kemanusiaan. Sebagaimana yang penulis jelaskan sebelumnya bahwa aktifitas
manusia yang memakai rasio dan logis merupakan pengetahuan atau knowledge. Yang
akhimya akan menghasilkan pengetahuan baru dan seterusnya.
Dari
tiga faktor ilmu, yaitu aktifitas, metode dan pengetahuantidak dapat dilepas
begitu saja dari pengaruh dari interaksi lingkungan. Oleh sebab itu, dialog
merupakan sesuatu kebutuhan dan keharusanbahwa ia yang mesti ada, karena ada hubungan
yang signifikan antara dialog dengan ilmu. Menurut hemat penulis bahwa
komunikasi antara manusia dengan segala sesuatu yang ada baik dalam dirinya
ataupun lingkungannya adalah dialog, dengan catatan bahwa proses tersebut benar-benar
didasari oleh kesadaran yang tinggi.
Sedangkan
pemahaman dialog yang sebatas berkomunikasi timbal balik antar dua orang atau kelompok
merupakan suatu pemahaman yang keliru, sebab dengan pemahaman tersebut akan
mengartikan satu aktifitas yang membangun dan positif, sehingga manusia untuk
selalu untuk selalu berkreasi secara kognitif dengan lingkungannya dan pemahaman
tersebut juga dapat memberikan semangat pada setiap individu untuk
mengembangkan kepribadiannya.
Dari
sebab itu, pemahaman dialog tidak hanya sebatas komunikasidua komponen yang
terkait, namun mengamati segala sesuatu baik yang hidup atau mati, haruslah
dipahami sebagai kegiatan dialog langsung atau secara tidak langsung. Dengan
begitu perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan baru akan semakin tumbuh subur.
Proyeksi
dialog itu dapat terjadi pada manusia dengan dirinya, atau lingkungan dan
pengalaman selama hidupmya. Pemahaman terhadap ilmu sebagai kawan dialogis sangat
berguna bagi pencerahan pola pikir dan perkembangan pengetahuan, sebagaimana
pada zaman Islam klasik yang dapat mengkonstruk sebuah peradaban yang
universal. Karena pada waktu tersebut karya-karya para pemikir Islam (ilmu
pengetahuan) dijadikan sebagai kawan dialog, semangat untuk mendalami ilmu
sangat dijunjung tinggi. Namun ketika pada masa kemunduran Islam kebudayaan
dialog dan mempelajari ilmu sudah hampir hilang sehingga berakibat pada reduksionis
pola pemikiran dan sampai sekarang menurut pengamatan,hal ini masih membelenggu
umat.
Setelah
Islam dianggap sebagai idiologi dan menjadi program aksisuatu kelompok, la
kehilangan kemanusiaan dimana akal siap dikorbankan di atas altar emosi. Diakui
atau tidak bahwa sebagian besar umat islam mengidap suatu penyakit yaitu
sakralisasi dan pengkulturan ilmu. Kemudian dari sakralisasi ilmu karya para
ulama sehingga dapat menumpulkan akal aktif menjadi akal pasif. Karena ada yang
beranggapan nantinya mereka takut diberi gelar “tidak taat”.
Selain
itu karena adanya Misunderstanding terhadap pengertian dialog. Pemahaman sekarang
hanyalah pengertian dialog dianggap sebagai metode problem solving semata. Oleh
sebab itu, konstruksi makna yang analitis dan kritis.
Lalu
pendidikan menjadi perhatian para pendidik, tokoh agama danintelektual sehingga
pendidikan agama bisa memunculkan keberagaman yang bersifat pencerahan bagi
umat manusia dan sekalian alam. Ini membawa isyarat bahwa ili-nu dalam
perspektif Islam merupakan sebagian tugas atau kewajiban dari kaum pendidik,
guru,ulama dan para cendikiawan yang akhimya ilmu itu dapat mewujudkan tatanan
kehidupan yang diharapkan sesuai tujuan ilmu dan agama tersebut. Kemudian dari ilmu
yang agamis tersebut juga dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian.
b.
Penerapan ilmu berbasis sunnahtullah
dan Qadarullah
Dalam
konsep islam, Allah adalahal-Khaliq (Pencipta),Sedangkanmanusia dan alam semesta adalahal-Mahluq (yang
diciptakan).Allahmenciptakan
manusia dan alam semesta dengan karakteristik dan sifat tertentu,atau istilah
Al-Qur‟an dengan “fitrah” tertentu. Karena Allah yang
menciptakanmaka Allah
pulalah yang mengetahui (al-Alim) segala karakteristik dan sifatmakhluk
ciptaanNya.
Dengan demikian hanya
Allah yang berhak membuat danmenentukan
hukum (aturan) yang berlaku bagi makhluk-Nya sesuai denganfitrahnya.Menurut
bahasa, sunnatullah berasal dari kata sunnah yang bersinonimdengan tariqah yang
berarti jalan yang dilalui atau sirah yang berarti jalan hidup.Kemudian, kata
tersebut digabung dengan lafal Allah sehingga menjadi katasunatullah yang
berarti ketentuan-ketentuan atau hukum Allah swt. yang berlakuatas segenap alam
dan berjalan secara tetap dan teratur.Adapun hukum/aturan Allah (sunnatullah)
dibedakan menjadi dua bagianyaitu :
v Sunnatullah
qauliyah adalah sunnatullah yang berupa wahyuyang tertulis dalam bentuk lembaran atau dibukukan,
yaitu Al-Qur‟an.
v Sunnatullah
kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa kejadian atau fenomena alam.
Contohnya, matahari terbit di ufuktimur dan tenggelam di ufuk barat.
Kedua sunatullah tersebut memiliki
persamaan, yaitu :kedua-duanya berasal
dari Allah swt, kedua-duanya dijamin kemutlakannya, kedua-duanya tidak dapat diubah
atau diganti dengan hukum lainnya.
Contohnya adalah hukum yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa barang siapa yang beriman dan
beramal saleh, pasti akanmendapat
balasan pahala dari Allah swt. Selain memiliki persamaan, keduanya juga
mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada di alam, dapat diukur. Lainhalnya
dengan sunnatullah yang ada dalam AL-Qur’an. Walaupun hal itu
pastiterjadi, tetapi tidak diketahui secara pasti kapan waktunya.
Ketika kita
menyaksikantemuan baru dalam bidang IPTEK sampai saat inisenantiasa menambah
buktiilmiah akan kebenaran yang difirmankan Allah SWT.dalam Al Qur‟an.
Olehkarena itu dengan dasar uraian tersebut diatas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa beramal shaleh sebagai
kata kunci perintah Allah SWT. untuk beribadahkepada Allah SWT. dalam
wujud memakmurkan bumi, hendaknya didasarkanpada sunnatullahyaitu sebuah hasil
karya iman dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, khususnya yang berlandaskan sunnatullah qauliyah
maupunkauniyah.
Tanpa iman dan ilmu pengetahuan berbasis
sunnatullah qauliyah (firmanAllah, Al Qur‟an)yang memadai, hampir tidak mungkin
kita membayangkansukses dunia
dan akhirat dalam beramal shaleh secara menyeluruh dan
efektif,terutama
berbasis pada sunnatullah yang diwahyukan. Kewajiban belajar untuk kebahagiaan
dunia dan akhirat bagi kaum beriman adalah merupakan
kewajibanseumur hidup, sampai liang lahad.Petunjuk ayat-ayat tersebut sejalan
dengan prinsip umum yang diterimaoleh para Ilmuwan, (Perlman, Science Without
Limits, 1995 dan Horgan,The End of Science, 1997) sekaligus mengacupada petunjuk Al Qur‟an dan
AsSunnah, terdapat prinsip pengembangan IPTEK pemberdayaan
Mustahik berbasis sunnatullah sebagai berikut :
-
Prinsip pertama : Bahwa sunnatullah
adalah kita yakini sebagai ciptaanAllah SWT,
yang berukuran, tidak berubah-ubah dan obyektif.
-
Prinsip kedua : Ada tatanan alam yang
teratur di dunia , baik natural maupunsosial. Kata Einstein, bahwa Tuhan menciptakan alam ini bukan
sepertimelempar
dadu.
-
Prinsip ketiga : Merupakan pendekatan
ilmiah ketiga, yaitu bahwa dunia iniadalah tertata menurut ukuran(qadar kauniyah)tertentu secaramatematis , baik geometrik, aljabar maupun
statistic.
-
Prinsipkeempat : Bahwa tatanan natural
maupun social bersifat sederhanamengikuti
prinsip parsimony, tidak rumit dan bersifat global.
-
Prinsip kelima : Merupakan pendekatan ilmiah kelima, yaitu bahwakeberadaan dunia natural maupun
social mengikutiprinsip kausalitas segala sesuatu memiliki ukuran dan terjadi menurut sebabnya Qur’an,
Al-Kahfi,18:84-85).
-
Prinsip keenam : Prinsip adanya
perubahan (Qs, Ar Ra‟d, 13: 11) yangdiarahkan oleh Allah SWT. Merupakan prinsip keberadaan
fenomena naturalmaupun social yang keenam. Contah air bisa berubah menjadi
padat ketikasuhu nol derajad, atau menjadi uap ketika suhunya 100 derajad. Rumput
yanghijau
menjadi hitam pada tingkat kekeringan tertentu.
-
Prinsip ketujuh :Adanya kesatuan alam
dasar, kita yakini karena alamnatural
maupun social diciptakan oleh Allah Yang Maha Esa (Satu). Rumputyang hijau
menjadi hitam dalam satu keadaan.
-
Prinsip kedelapan : Adanya fenomena
paradox, seperti perilaku natural dansocial pada kondisi tertentu memiliki perilaku kontinyuitas namun
padakondisi tertentu lainnya memiliki perilaku diskontinyuitas (deskrit).
Ataukondisi deterministic (matematis) versus probabilitas (statistic).
Danselanjutnya antara rumput yang hijau kemudian menjadi warna hitam
(Ingatriwayat paradoks, pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa, Al Kahfi, 18 : 60
-82).
Dengan dasar delapan prinsip sunnatullah qadar
kauniyah tersebut,sunnatullah yang tersedia dalam ayat qauliyah dan kauniyah
akan dapatdijelaskan fenomenanya di alam, untuk selanjutnya dapat disusun
menjadi dasar mengembangkan IPTEK berbasis sunnatulllah.
Berikut informasi
global tentangadanya sunnatullah di alam jagat raya ini.Hasil penelitian saat
ini menunjukkan bahwa telah terjadiketidakseimbangan CO (emisi carbon) setelah
lebih dari 50 tahun (adatimeresponpuluhan
tahun) , sebagai akibat kemajuan penggunaan teknologiindustrilisasi yang telah
menghasilkan dampak polusi udara yang menimbulkan pemanasan bumi, yang
berlanjut kepemanasan laut, yang berdampak padakehidupan biota di laut , juga hujan asam,
karena perilaku merusak yangdilakukan oleh manusia (industry).
Saat ini akibat tersebut telah terasa
dalamkeseharian kita berupa “perubahan iklim global”, termasuk semakin naiknya tinggi permukaan laut
kita. Tentu saja untuk mendalami hubungan sebab-akibattersebut adalah merupakan
temuan IPTEK yang dilakukan oleh para ilmuwan.Hukum alam tersebut bersifat
objektif dan berlaku pada alam, kita suka atau tidak suka. Ini contoh
kecil tentang sunnatullah kauniyah. Allah SWT. Telahmenyediakan alam ciptaannya
untuk kita kaji dan kita pelajari, kemudianmenghasilkan IPTEK dengantime responseyang
panjang (setelah puluhan tahun).
c. Al-qur’an
dan Hadits
Pendidikan islam sangat memperhatikan penataan
individual dan sosial yang membawa penganutnya pada pemelukan dan
pengaplikasian islam secara komprehensif, agar penganutnya mampu memikul amanat
yang dikehendaki Allah, pendidikan islam harus kita maknai secara rinci karena
itu keberasaan fererensi/sumber pendidikan islam merupakan sumber utama islam
itu sendiri yaitu al-qur’an dan al-hadits/as-sunnah.
Suatu umat yang di anugrahkan Tuhan suatu kitab suci
al-qur’an yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek
kehidupan dan bersifat universal, dasar-dasar pendidikan mereka adalah
bersumber kepada filsafat hidup yang berdasarkan kepada al-qur’an.
Al-qur’an diakui oleh orang-orang islam sebagai firman
Allah dan karenanya ia merupakan dasar bagi hukum mereka, al-qur’an merupakan
himpunan wahyu Tuhan yang sampai kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara
malaikat jibril, al-qur’an tidak diwahyukan secara keseluruhan tetapi turun
secara sebagian-sebagaian sesuai dengan timbulnya kebutuhan dalam masa
kira-kira 23 tahun.
Diturunkannya al-qur’an secara berangsur-angsur
bertujuan untuk memecahkan setiap problema yang timbul dalam masyarakat. Dan
juga menunjukkan suatu kenyataan bahwa pewahyuan total pada suatu waktu adalah
mustahil, karena al-qur’an turunnya petunjuk bagi kaum muslimin dari waktu
kewaktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan yang terjadi.
Al-qur’an sepenuhnya berorentasi tuk kepentingan
manusia, dialah mata air yang kepadanya berpokok segala mata air yang diminum
tuk menetapkan hukum al-qur’an dan menerangkan segala keperluan manusia,
al-qur’an sebagai tempat pengambilannya menjadi sandaran segala dasar cabang
yang menjelaskan tentang pranata susila yang benar bail kehidupan manusia.
Al-qur’an berisi aturan yang sangat lengkap dan tidak pula punya celah,
mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Al-qur’an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran
secara umum, juga merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial,
moral dan spiritual. Tidak diragukan bahwa keberadaan al-qur’an telah
mempengaruhi sistem pendekatan rosul dan para sahabat, lebih-lebih ketika
Aisyah ra menegaskan bahwa akhlak beliau adalah al-qur’an (Surat Al-Furqon
: ٢٣ )
وقال الذين كفروالولا نزل عليه القرأن
جملةواحدة كذالك لنثب به فوادك ورتلنه ترتيلا (٢٣)
Artinya:
Berkatalah
orang-orang kafir mengapa al-qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja? Demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya
secara tartil.
Dari ayat diatas kita dapat mengambil 2 isyarat yang
berhubungan dengan pendidikan yaitu pengokohan hati dan pemantapan keimanan
serta sikap tartil dalam membaca al-qur’an.
Kelebihan al-qur’an diantaranya terletak pada metode
yang menajubkan dan unik sehingga konsep pendidikan yang terkandung di
dalamnya, al-qur’an mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa
mengesakan Allah, serta mengimani hari akhir. Al-qur’an yang terpenting adalah
mendidikan manusia melalui metode yang bernalar serta sarat dengan kegiatan
meneliti, membaca, mempelajari, melayani, dan observasi ilmiah terhadap manusia
sejak manusia masih dalam bentuk segumpal darah dalam rahim ibu.
Firman
Allah:
اقرأباسم ربك الذي خلق (۱) خلق الانسان من علق (٢) أقرأوربك
الاكرم (٣) الذي علم باالقلم (٤) علم الا نسان مالم يعلم (٥)
العلق 1.
Artinya:
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhan Mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
segumpal darah.Bacalah dan tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Dalam surat Asy-Syam, dengan berulang-ulang Allah SWT
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang dapat dididik, disucikan dan di
tinggikan.
Al-qur’an ialah: Firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh jibril kepada Nabi Muhammad SAW, didalamnya terkandung ajaran
pokok yang dapat di kembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui
ijtihad.
Ajaran yang terkandung dalam al-qur’an itu terdiri
dari 2 prinsip besar yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang
disebut Aqidah, dalam al-qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi
prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan, karena
termasuk ke dalam usaha/tindakan untuk membentuk manusia termasuk ke dalam
ruang lingkup mua’malah.
Pendidikan sangat penting karena ia takut menentukan
corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, oleh karena itu pendidikan islam
harus menggunakan al-qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai
teori tentang pendidikan islam, dengan kata lain pendidikan islam harus berlandaskan
ayat-ayat al-qur’an yang penafsiran-Nya dapat dilakukan berdasarkan
ijtihad di sesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan.
Al-qur’an dianggap sebagai sumber syari’at islam,
terutama dan terpenting dan sumber-sumber yang mungkin untuk menjadi dasar falsafah
pendidikan sesungguhnya mereka (kaum muslimin) tidak membaca al-qur’an kecuali
pada tingkat pengajaran rendah itupun tanpa memahami maknanya dan menguasai
dengan sempurna segala kandungannya, padahal sebenarnya al-qur’an itu
perbendaharaan maha besar meliputi perbendaharaan-perbendaharaan kebudayaan
manusia. Terutama segi sepiritualnya, al-qur’an merupakan kitab pendidikan dan
pengajaran secara umum, dan juga kitab pendidikan sosial.
Ibnu Rushd begitu menghargai falsafah dan akal,
karena tanpa akal ayat-ayat al-qur’an dan maksud penciptaan manusia secara umum
tidak banyak mempunyai arti, akal dan al-qur’an tidak bisa di pertentangkan.
Jika kita menjumpai ayat-ayat al-qur’an yang seolah-olah bertentangan dengan
akal,menurut Ibnu Rushd ayat itu haruslah ditakwilkan seperti dia katakana
secara tegas.
قان لان موافقافلا قول هنالك وان الان
مخالفاتولباتئويله (المفل : ٧٩)
Artinya :
Jika disana
tak ada pertentangan antara wahyu dan akal. Maka tak ada perlu dikatakan, tapi
jika ada perhitungan, maka wahyu haruslah ditafsirkan (fash, Almaqal : 97)
Takwil /tafsir adalah solusi yang terbaik untuk
memahami wahyu, jika kita menghadapi ayat-ayat al-qur’an yang tampak
bertentangan dengan semangat kemanusiaan atau sebaliknya menyalahkan
kemanusiaan tersebut, tapi tugas kita adalah menafsirkannya dan menta’wilnya
agar sesuai dengan nilai-nilai dasar agama dan kemanusiaan.
-
As-Sunnah
(Hadits)
Dasar yang kedua selain Al-qur’an adalah sunnah
Rosulullah, amalan yang dikerjakan oleh Rosulullah SAW proses perubahan hidup
sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan islam karena Allah SWT menjadikan
Muhammad sebagai teladan bagi umatnya.
Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik
kepada istri dan sahabtnya, dan seterusnya mereka mempraktekan pula seperti
yang dipraktekan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain, perkataan atau
perbuatan dalam ketetapan Nabi.
Assunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan
Rosul SWT yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian/perbuatan orang
lain yang diketahui Rosulullah dan beliau membiarkan saja kejadian/perbuatan
itu berjalan, sunnah yang berisi Aqidah dan syari’ah, sunnah berisi petunjuk
(pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina
umat menjadi manusia seutuhnya/muslim yang bertaqwa, untuk itu Rosul Allah
menjadi guru dan pendidik utama, beliau sendiri mendidik semua itu adalah
pendidikan dalam rangka membentuk manusia muslim dan msyarakat islam.
Oleh karena itu sunnah merupakan landasan ke dua bagi
cara Pembina pribadi manusia muslim, sunnah selalu membuka kemungkinan
penafsiran berkembang, itulah sebabnya mengapa ijtihad perlu di tingkatkan
dalam memahaminya termsuk sunnah yang berkaitan dengan pendidikan.
Assunnah sebagai dasar islam tidak terlepas dari
fungsi as-sunnah itu sendiri terhadap al-qur’an, fungsi as-sunnah terhadap
al-qur’an adalah sangat penting, ada beberapa pembenaran yang mendesak untuk
segera di tampilkan, yaitu as-sunnah menerangkan ayat-ayat al-qur’an yang
bersifat umum, maka dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari
yang diterangkan, assunnah mengkhidmati al-qur’an, memang assunnah menjelaskan
mujmal al-qur’an menerangkan muskilnya memanjangkan keringkasannya.
Prinsip menjadikan al-qur’an dan hadits sebagas dasar
pendidikan islam bukan hanya di pandang sebagai kebenaran keyakinan semata,
lebih jauh kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh
akal yang sehat dan bukti syarah. Dengan demikian barangkali wajar jika
kebenran itu kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan Allah SWT
dalam al-qur’an, kebenaran yang dikandungnya adalah kebenaran yang hakiki,
bukan kebenaran spekulatif dan relativ, hal ini sesuai dengan jaminan Allah.
Hadits Rosulullah SAW mengutus sahabat Mu’adz ra.
untuk menjadi pemimimpin agama di negeri yaman, beliau di tanya oleh Rosululluh
SAW.
قال : لم تحكم ؟ قال : بكتاب الله.
قال : فان لم تجد ؟ قال : بسنة رسول الله
قال : فان لم تجد ؟ قال اجتهدرأي
Artinya:
Tanya Nabi
dengan apa engkau menghukum jawab Muadz dengan kitab Alloh, Nabi berkata
jikalau engkau tidak dapati jawab Mu’dz saya berijtihad dengan pikiran saya.
Khalifah
Umar bin Khattab ra. pernah mengirim surat kepada Syuraih, ketika ia menjabat
qodhi.
إذا أتك امرفا قض ليما ني كتاب الله.
فان اتك ماليس فى كتاب الله فاقض بما فيه سنّ فيه رسول الله ص.م
Artinya :
Apabila
datang kepada engkau suatu urusan, maka hukumkanlah dengan apa yang ada didalam
kitab Allah, jika datang kepada engkau barang apa yang tidak didalam kitab
Allah, maka hukumkanlah dengan apa yang pernah di hukumkan oleh Rosulullah.
Oleh sebab itu maka andaikata ada sebagai ummat yang
mengaku sebagai umat islam berkata/berpendapat, bahwa tentang urusan agama
cukup mengikuti al-qur’an saya, tidak asah dengan assunnah, maka mereka itu
adalah sesat dari jalan yang benar dan sudah tidak mengikuti pimpinan
al-qur’an, karena al-qur’an telah memerintahkan dengan jelas dalam beberapa
ayatnya bahwa umat islam harus mentaati (mengikuti pimpinan) Rasul, demikian
maka sahabat Abdullah bin Umar ra pernah berkata.
من خالف السنه فقد كفر
Artinya :
Barang siapa
menyalahi akan sunnnah, maka kufurlah ia.
Jelaslah bahwa kewajiban umat islam terhadap sunnah
Rosul ialah menerima dan mencontohnya.Kata Imam Asy-Syathibi, Derajat/tingkatan
sunnah itu ada di bawah/dibelakang al-qur’an.
Al-qur’an di yakini kebenaran dengan tegas, sedang
as-sunnah masih di sangka kebenarannya, jelasnya al-qur’an itu dari segi
ketetapan dan kenyataannya dari sangka, kecuali yang bertingkatan mutawatir
oleh sebab itu yang maqthu (diyakini dengan tegas) harus didahulukan dari pada
yang madrun (disangka) dengan demikian, maka wajiblah mendahulukan al-qur’an
daripada as-sunnah.
As-sunnah itu adakalanya untuk menjadi keterangan bagi
al-qur’an dan kalanya untuk menambah keterangan saja, maka dengan sendirinya
as-sunnah terkemudian al-qur’an, yakni yang menerangkan itu terkemudian dari
yang diterangkan maka jika as-sunnah terjadi keterangan tentu saja ia menjadi
yang kedua sesudah yang diterangkan, maka al-qur’an harus di dahulukan.
d. Kesimpulan
Pendidikan dalam islam merupakan proses perubahan sikap
dan tatalaku orang dalam usaha mendewasakan manusia supaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan islam adalah usaha maksimal untuk menentukan kepribadian
anak didik berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah di gariskan dalam
al-qur’an dan as-sunnah/al-hadits.Assunnah/al-hadits adalah: Perbuatan,
perkataan ataupun pengakuan Rosul Allah SWT, pengakuan itu sendiri adalah
kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rosulullah, untuk membina
umat manjadi manusia seutuhnya.Al-Hadits sebagai dasar islam tidak terlepas
dari fungsi itu sendiri terhadap al-qur’an, fungsi as-sunnah terhadap al-qur’an
adalah sangat penting.
Daftar
Pustaka
–
Prof. H.M. Arifin NEd, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: 2003
–
Prof. Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetiv, Yogyakarta: 2004
–
Prof. Dr. H. Kamayuhz, Ilmu Pendidikan Islam: Jakarta: 2004
–
Dr. Zakariyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam: Jakarta: 2004
–
Prof. Dr. Oemar Muhammad, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: 1995
–
K.H. Moenawar Cholil, Kembali Kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, Jakarta:
2004
IZIN COPAS MBA :)
BalasHapus