BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni(IPTEKS)
1.
Hakikat
IPTEK
IPTEK
adalah singkatan dari ilmu pengetahuan, teknologi. Ilmu adalah pengetahuan yang
sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinterpretasi,
menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang
secara ilmiah (International Webster’s Dictionary dalam Modul Acuan Proses
Pembelajaran MPK, 2003)
Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu
segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu
dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-qur’an. Kata ini digunakan
dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan (Quraish Shihab,
1996). Setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Oleh sebab itu
seseorang yang memperdalam ilmu-ilmu tertentu disebut sebagai spesialis. Dari
sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.
Ilmu
pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah. Sedang teknologi adalah pengetahuan
dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
manusia sehari-hari.
Jadi
ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang
dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima
oleh akal. Dengan kata lain, sains dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang
sudah sistematis (science is systematic knowledge). Dalam pemikiran sekuler,
sains mempunyai tiga karakteristik, yaitu obyektif, netral dan bebas nilai,
sedangkan dalam pemikiran Islam, sain tidak boleh bebas nilai, baik nilai lokal
maupun nilai universal.
2.
Hakikat
SENI
Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti
pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan
upacara keagamaan yang disebut kesenian. Menurut Padmapusphita, kata seni
berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa Latin disebut genius, artinya
kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir.
Dalam Ensiklopedia Indonesia, Seni diartikan sebagai
penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan
perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera
pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan
perantaraan gerak (seni tari, drama).
Berbicara mengenai seni, identik dengan istilah estetika
yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan keindahan, entah menurut
realisasinya entah menurut pandangan subyektif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seni identik dengan
rasa yang timbulnya dari dalam jiwa, namun demikian gejala keindahan yang
ditimbulkan oleh seni bisa juga didekati dari sudut sains. Sebuah lukisan
misalnya dapat dianalisa menurut pembagian bidang, jadi menurut matematika.
Komposisi warna dapat dianalisa secara eksperimental menurut efek psikologis.
B. Keutamaan
Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an
Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan kepada Rasulullah SAW
menunjuk pada keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu dengan memerintahkannya membaca
sebagai kunci ilmu pengetahuan, dan menyebut qalam sebagai alat tranformasi
ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
(QS. Al-‘Alaq ayat 1-5)
Surat yang pertama kali Allah turunkan dalam Al-Qur’an
adalah surat Al-‘Alaq ayat 1-5. Di dalamnya Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya
dengan mengajarkan manusia apa yang tidak ia ketahui. Hal itu menunjukkan
kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan.
Al Qur’an merupakan salah satu mujizat yang diturunkan oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk digunakan sebagai petunjuk bagi umat
manusia hingga akhir zaman. Sebagai petunjuk dari Allah tentulah isi dari Al
Quran tidak akan menyimpang dari Sunatullah (hukum alam) sebab alam merupakan
hasil perbuatan Allah sedangkan Al Qur’an adalah merupakan hasil perkataan
Allah. Karena Allah bersifat Maha segala-galanya maka tidaklah mungkin
perkataan Allah tidak sejalan dengan perbuatan-Nya. Apabila pada suatu malam
yang cerah kita memandang ke langit maka akan tampaklah oleh kita
bintang-bintang yang sangat banyak jumlahnya.
Pada zaman dahulu orang memandang bintang-bintang itu
hanyalah sebagai sesuatu yang sangat kecil dan bercahaya yang bertaburan di
angkasa. Namun setelah ditemukannya teleskop dan ilmu pengetahuan juga semakin
berkembang, orang akhirnya mengetahui bahwa bintang-bintang merupakan bagian
dari suatu gugusan yang dinamakan galaksi yang dialam ini jumlahnya lebih dari
100 milyar. Sedangkan masing-masing bintang ini terdiri dari planet-planet yang
masingmasing peredarannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling
bertabrakan satu sama lain. Hal ini juga difirmankan oleh Allah SWT :
”Dan Dialah yang telah
menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya
itu beredar dalam garis edarnya” (QS. Al Anbiyaa ayat 33).
Sehingga akhirnya orang berdasar ilmu pengetahuan yang
dimilikinya mengakui bahwa alam semesta ini maha luas. Sebenarnya Allah telah
menegaskan hal ini di dalam Al Quran yang diturunkan jauh sebelum ditemukannya
teleskop yaitu:
”Dan langit itu Kami bangun
dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (QS.
Adz Dzaariyaat ayat 47)
Oleh karena itu Allah menyuruh umatnya untuk selalu
memperhatikan dan meyakini Al Quran secara ilmiah. Sebagai contoh, di dalam
ilmu fisika kita mengenal adanya hukum kesetaraan masa dan energi, sedangkan
massa adalah merupakan besaran pokok dalam arti besaran yang ada dengan
sendirinya, sedangkan massa tidak dapat menciptakan dirinya sendiri, lalu
siapakah penciptanya? Maka kalau kita kembalikan kepada Ajaran Tauhid tentu
kita akan menjawab bahwa Allah-lah penciptanya. Allah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, dalam surat Qaaf ayat 38 Allah telah berfirman :
”Dan sesungguhnya telah Kami
ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa,
dan Kami tidak sedikitpun ditimpa keletihan”(QS. Qaaf ayat 38)
Karena ilmu pengetahuan itu bersumber pada Allah SWT dan
pada ayat diatas telah disebutkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi
berikut segala isinya dalam enam masa, maka berdasarkan penelitian/teori dalam
sejarah asal mula alam semesta dan kehidupan dapat dikategorikan keenam masa
itu sebagai berikut:
v Masa pertama: Pada awalnya keadaan
langit dan bumi dalam suatu kesatuan yang padu, hal ini disebutkan oleh Allah
dalam salah satu firman-Nya yaitu :
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al Anbiyaa ayat 30)
Kemudian menurut ”The Big Bang Theory” atau teori ekspansi
ledakan maka terjadi ledakan yang maha hebat yang akhirnya memisahkan kesatuan
yang padu tersebut. Karena kondisi sekeliling ledakan semula dalam keadaan
dingin maka hal ini mengakibatkan tejadinya kondensasi (penggumpalan).
Penggumpalan ini sebagai akibat dari penurunan energi (panas/kalor) yang sangat
drastis. Sebab menurut hukum Steffan Boltzman tentang radiasi/pancaran panas
disebutkan bahwa ”Jumlah energi radiasi tiap satuan waktu tiap satuan luas
sebanding dengan pangkat empat suhu mutlaknya”. Oleh karena itu apabila terjadi
penurunan suhu sedikit saja maka penurunan energinya dalam hal ini adalah
energi radiasi kalor pasti menjadi sangat besar.
v Masa kedua: Pada masa ini gravitasi
mulai berperan dan mulai muncul galaksi-galaksi yang terdir atas
bintang-bintang. Juga mulai muncul planetplanet termasuk planet bumi yang
terdapat dalam tatasurya matahari yang merupakan bagian dari galaksi Bima
Sakti.
v Masa ketiga: Masa ini dikenal juga
dengan masa Prekambrium (Precambrian Era). Pada masa ini kondisi bumi masih
cukup panas sehingga belum ada makhluk yang hidup di bumi. Masa keempat: Masa
ini sering dikenal dengan zaman Paleozoikum (Paleozoic Era). Pada masa ini di
bumi mulai terdapat kehidupan sederhana yang ditandai dengan munculnya
tumbuhan-tumbuhan tingkat rendah atau tumbuhan perintis hingga munculnya
hewan-hewan sejenis serangga dan hewan-hewan amphibia.
v Masa Kelima: Masa ini dikenal pula
dengan zaman Mesozoikum (Mesozoic Era). Pada masa ini hewan-hewan sejenis
reptil mulai muncul seperti burung dan sejenisnya dan muncul pula hewan-hewan
raksasa seperti Dinosaurus dan sebagainya.
v Masa Keenam: Masa ini juga disebut
zaman Cenozoikum (Cenozoic Era). Pada masa inilah mulai muncul hewan-hewan
mamalia dan pada akhir dari masa ini mulailah muncul sejarah manusia.
Dengan demikian jelas bahwa berdasar penelitian yang
dilakukan oleh para ahli, kejadian alam semesta ini dapat dikategorikan dalam
enam masa, dimana dua masa yang pertama adalah masa penciptaan bumi sedangkan 4
masa berikutnya merupakan tahapan kejadian makhluk-makhluk bumi hingga
terciptanya manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini sesuai dengan firman
Allah di dalam Al Quran yaitu:
”Katakanlah: Sesungguhnya patutkah
kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan
sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan
Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dan
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya
dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertaqwa.” (QS.
Fushshilat ayat 9-10)
Kemudian keutamaan orang yang berilmu telah disebutkan dalam
Al Qur’anul Karim sejumlah ayat yang menunjukkan akan keutaman ilmu dan para
pemiliknya, berikut penjelasan tentang kemuliaan mereka dan tingginya kedudukan
mereka. Di antaranya adalah ayat:
“Allah mempersaksikan bahwa tiada
tuhan yang berhak diibadahi kecuali Dia. Demikian pula para malaikat dan
orang-orang yang berilmu mempersaksikannya. Tidak ada tuhan yang berhak
diibadahi kecuali Dia yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Ali Imran ayat 18)
Dalam ayat ini terdapat keterangan akan keutamaan
orang-orang yang berilmu karena Allah menyebutkan persaksian mereka bersamaan
dengan persaksian-Nya dan juga persaksian para malaikat-Nya, bahwasanya Dialah
sesembahan yang benar, yang tidak diperkenankan ibadah kecuali kepada-Nya.
Persaksian ini mencakup seagung-agung dzat yang bersaksi, yakni Allah sendiri,
dan juga mencakup seagung-agung perihal yang dipersaksikan dengannya, yakni
perihal hak peribadatan, yang mana hanya Dia-lah yang khusus berhak diserahkan ibadah.
Adapun pengikutan persaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu setelah
persaksian dari Allah tentuya menunjukkan atas keutaman malaikat dan
orang-orang yang berilmu ini.
C.
Teori-teori Ilmu Pengetahuan
Teknologi dan Seni (IPTEKS)
Di awal era pertumbuhan Islam, dunia pengetahuan mengalami
zaman keemasan dengan bermunculan ilmuwan-ilmuwan muslim yang sampai sekaarang
penemuannya masih menjadi rujukan sebagai dasar dari perkembangan pengetahuan
modern, tapi mungkin karena kurangnya publisitas dan banyaknya peristiwa
sejarah yang menjadikan nama-nama mereka kurang dikenal bahkan di kalangan para
umat muslim itu sendiri.
berikut 5
ilmuwan muslim yang sangat berjasa bagi dunia pengetahuan :
1. IBNU RUSHD (AVERROES)
Karya-
karya Ibnu Rusyd :
·
Bidayat Al Mutjahid (kitab ilmu fiqih)
·
Kulliiyat fi At-tib (buku kedokteran)
·
Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa
Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham yang bertentangan
dengan filsafat).
Abu
Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah.
Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah anak yang mempunyai banyak minat dan talenta.
Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat.
Karya- karya Ibnu Rusyd hampir semua diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan
Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan karya-karya aslinya sudah tidak ada.
2. IBNU SINA / AVICENNA
Ibnu Sina dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia. Ia adalah
seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter kelahiran Persia. Bagi banyak orang beliau
adalah “Bapak Pengobatan Modern”. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi
Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Dia
adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. George Sarton
menyebutnya sebagai “Imuwan Paling Terkenal dari Islam dan Salah Satu yang
Paling Terkenal pada Semua Bidang, Tempat, dan Waktu.”
3. AL BIRUNI
Merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana,
penulis ensiklopedia, pengembara, sejatawan, ahli farmasi dan guru. Ketika
berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan
menggunakan altitude maksimal matahari. Ketika berusia 22 tahun, dia menulis
beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, kartografi. Ketika
berusia 27 tahun, dia telah menulis buku berjudul kronologi yang merujuk kepada
hasil kerja lain yang dihasilkan oleh beliau. Hasil karya Biruni melebihi 120
buku. Sumbangannya kepada matematika termasuk, diantaranya kaidah angka 3,
teori perbandingan, definisi Aljabar, geometri, dan lain-lain.
4. AL – KHAWARIZMI
Nama asli Al – Khawarizmi adalah Muhammad Ibn Musa
al-khawarizmi, sumber lain menyebutkan bahwa beliau hidup di Uzbekistan. Beliau
adalah tokoh yang berpengatahuan luas dalam bidang alsafah, logika, aritmatika,
geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam, dan kimia. Algebra/aljabar
merupakan nadi matematika.
Karya
Al-Khawarixmi telah diterjemahkan oleh Gerhard of Gremano ke dalam bahasa Eropa
pada abad ke 12. Sebelum munculnya karya yang berjudul “Hisab al-Jibra wa al
Muqabalah” yang ditulis oleh Al Khawarizmi, tidak ada istilah aljabar.
5. Jabir Ibnu Hayyan / Ibnu Geber
Lahir di kota peradaban Islam Klasik, Kuffah (Irak). Jabir
dijuluki Bapak Kimia Modern. Jabir banyak menemukan teori-teori tentang ilmu
kimia. Karya lainnya yang telah diterbitkan adalah kitab Al Rahmah, Kitab Al
Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan
Book of Balance. Risetnya banyak diapresiasi oleh ilmuwan dunia. Dengan
prestasinya itu, dunia ilmu pengetahuan modern pantas “berterima kasih”
padanya.
D.
Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang
relevan
Dalam Al-Qur’an, salah satu etika dalam mencari ilmu seperti
yang telah diterangkan dalam al-qur’an adalah tidak boleh puas setelah sampai
pada batas tertentu jenjang ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan ibarat
lautan yang tidak bertepi dan tidak pula berbatas, sejauh manapun manusia
meraih ilmu pengetahuan, ia harus terus menambahnya dan ia tidak akan munkin
sampai pada batas kepuasan.
Dalam hal ini Allah telah mengajar Rasulullah SAW dengan
firman-Nya,
“Maka Maha Tinggi Allah raja yang
sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
ilmu harus dicari dari sumbernya yang asli. Ia harus
didatangi walaupun jauh tempatnya dan susah ditempuh. Dalam Al-Qur’an telah
dikisahkan tentang seseorang yang bersusah payah menempuh jarak yang sangat
jauh hanya untuk menemui orang lain yang memiliki ilmu yang tidak dimilikinya,
dia adalah Nabi Musa as. Nabi Musa telah menempuh perjalanan yang sangat jauh
tanpa kendaraan, di tengah luasnya gurun pasir.
Adapun sebab kepergian Musa ini seperti yang diriwayatkan
Syaikhani (Bukhari-Muslim) dari hadits ibnu Abbas dari Abu Ka’bah bahwasannya
dia mendengar Rasulullah SAW Bersabda, “Sesungguhnya Musa pada suatu hari
berkhotbah dihadapan Bani Israel, tiba-tiba dilontarkan sebuah pertanyaan,
siapakah manusia yang terpandai? Musa menjawab, “saya!” Allah SWT menegur Musa
karena perkataannya itu, sebab ia tidak menisbatkan ilmu kepada Allah SWT. Dan
Allah berfirman kepadanya,’Sesungguhnya ada hamba-Ku di tempat pertemuan dua
samudra yang lebih pandai darimu…’” Bahkan dalam suatu ungkapan yang disebutkan
“Carilah ilmu walau sampai kenegeri Cina”. Alasan mengapa disebutkan negeri
cina karena pada saat itu negeri ini dikenal oleh orang-orang arab sebagai
negeri terjauh yang mempunyai peradaban tinggi
Salah satu imbauan Al-Qur’an dalam dunia ilmu pengetahuan
adalah manusia diwajibkan belajar kepada siapa saja yang mempunyai ilmu, dan
bermafaat bagi hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Sekalipun ia lebih
muda umurnya dan lebih rendah derajatnya, bahkan kita bisa belajar dari
binatang sekalipun. Misalnya kisah dalam Al-Qur’an tentang seseorang yang
belajar kepada burung gagak, yaitu cerita tentang anak-anak Adam dalam surat
al-Maa’idah,
Ceritakanlah kepada mereka kisah
kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua
(Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil):
"Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah
hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". Sungguh kalau kamu
menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan
menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada
Allah, Tuhan seru sekalian alam." (QS. Al-Maa’idah ayat 27-28
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Ilmu
pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah. Sedang teknologi adalah pengetahuan
dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
manusia sehari-hari.
2. seni identik dengan rasa yang
timbulnya dari dalam jiwa, namun demikian gejala keindahan yang ditimbulkan
oleh seni bisa juga didekati dari sudut sains.
3.
Ayat
Al-Qur’an yang pertama diturunkan kepada Rasulullah SAW menunjuk pada keutamaan
ilmu pengetahuan, yaitu Surat yang pertama kali Allah turunkan dalam Al-Qur’an
adalah surat Al-‘Alaq ayat 1-5. Di dalamnya Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya
dengan mengajarkan manusia apa yang tidak ia ketahui. Hal itu menunjukkan
kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan.
B.
Saran
1.
Dalam
penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk mampu memilah nilai
positif dan negatif yang diberikan dari teknologi tersebut.
2. Sebagai manusia yang memiliki dasar
keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan mampu memanfaatkan teknologi sesuai
dengan koridor-koridor Islam, sehingga tidak menjadi suatu yang mudharat.
Soejoeti, Zalbawi, et.al..
Al-Islam & Iptek, PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 1998.
http://ahlussunah-wal-jamaah.blogspot.com/2011/08/tradisi-ruawatan.html,
http://friendly12.mywapblog.com/perkembangan-iptek-menurut-al-quran.xhtml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar