Minggu, 17 Mei 2015

paradigma islam tentang IPTEKS



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni(IPTEKS)
1.      Hakikat IPTEK
IPTEK adalah singkatan dari ilmu pengetahuan, teknologi. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinterpretasi, menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah (International Webster’s Dictionary dalam Modul Acuan Proses Pembelajaran MPK, 2003)
Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan (Quraish Shihab, 1996). Setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Oleh sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu-ilmu tertentu disebut sebagai spesialis. Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.
            Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah. Sedang teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
            Jadi ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima oleh akal. Dengan kata lain, sains dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang sudah sistematis (science is systematic knowledge). Dalam pemikiran sekuler, sains mempunyai tiga karakteristik, yaitu obyektif, netral dan bebas nilai, sedangkan dalam pemikiran Islam, sain tidak boleh bebas nilai, baik nilai lokal maupun nilai universal. 



2.      Hakikat SENI
Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Menurut Padmapusphita, kata seni berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa Latin disebut genius, artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir.
Dalam Ensiklopedia Indonesia, Seni diartikan sebagai penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama).
Berbicara mengenai seni, identik dengan istilah estetika yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan keindahan, entah menurut realisasinya entah menurut pandangan subyektif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seni identik dengan rasa yang timbulnya dari dalam jiwa, namun demikian gejala keindahan yang ditimbulkan oleh seni bisa juga didekati dari sudut sains. Sebuah lukisan misalnya dapat dianalisa menurut pembagian bidang, jadi menurut matematika. Komposisi warna dapat dianalisa secara eksperimental menurut efek psikologis.
B.     Keutamaan Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an
Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan kepada Rasulullah SAW menunjuk pada keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu dengan memerintahkannya membaca sebagai kunci ilmu pengetahuan, dan menyebut qalam sebagai alat tranformasi ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman:
 Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
(QS. Al-‘Alaq ayat 1-5)

Surat yang pertama kali Allah turunkan dalam Al-Qur’an adalah surat Al-‘Alaq ayat 1-5. Di dalamnya Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya dengan mengajarkan manusia apa yang tidak ia ketahui. Hal itu menunjukkan kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan.
Al Qur’an merupakan salah satu mujizat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk digunakan sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman. Sebagai petunjuk dari Allah tentulah isi dari Al Quran tidak akan menyimpang dari Sunatullah (hukum alam) sebab alam merupakan hasil perbuatan Allah sedangkan Al Qur’an adalah merupakan hasil perkataan Allah. Karena Allah bersifat Maha segala-galanya maka tidaklah mungkin perkataan Allah tidak sejalan dengan perbuatan-Nya. Apabila pada suatu malam yang cerah kita memandang ke langit maka akan tampaklah oleh kita bintang-bintang yang sangat banyak jumlahnya.
Pada zaman dahulu orang memandang bintang-bintang itu hanyalah sebagai sesuatu yang sangat kecil dan bercahaya yang bertaburan di angkasa. Namun setelah ditemukannya teleskop dan ilmu pengetahuan juga semakin berkembang, orang akhirnya mengetahui bahwa bintang-bintang merupakan bagian dari suatu gugusan yang dinamakan galaksi yang dialam ini jumlahnya lebih dari 100 milyar. Sedangkan masing-masing bintang ini terdiri dari planet-planet yang masingmasing peredarannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling bertabrakan satu sama lain. Hal ini juga difirmankan oleh Allah SWT :
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya” (QS. Al Anbiyaa ayat 33).
Sehingga akhirnya orang berdasar ilmu pengetahuan yang dimilikinya mengakui bahwa alam semesta ini maha luas. Sebenarnya Allah telah menegaskan hal ini di dalam Al Quran yang diturunkan jauh sebelum ditemukannya teleskop yaitu:
 ”Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (QS. Adz Dzaariyaat ayat 47)
Oleh karena itu Allah menyuruh umatnya untuk selalu memperhatikan dan meyakini Al Quran secara ilmiah. Sebagai contoh, di dalam ilmu fisika kita mengenal adanya hukum kesetaraan masa dan energi, sedangkan massa adalah merupakan besaran pokok dalam arti besaran yang ada dengan sendirinya, sedangkan massa tidak dapat menciptakan dirinya sendiri, lalu siapakah penciptanya? Maka kalau kita kembalikan kepada Ajaran Tauhid tentu kita akan menjawab bahwa Allah-lah penciptanya. Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dalam surat Qaaf ayat 38 Allah telah berfirman :
Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak sedikitpun ditimpa keletihan”(QS. Qaaf ayat 38)
Karena ilmu pengetahuan itu bersumber pada Allah SWT dan pada ayat diatas telah disebutkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi berikut segala isinya dalam enam masa, maka berdasarkan penelitian/teori dalam sejarah asal mula alam semesta dan kehidupan dapat dikategorikan keenam masa itu sebagai berikut:
v  Masa pertama: Pada awalnya keadaan langit dan bumi dalam suatu kesatuan yang padu, hal ini disebutkan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya yaitu :
Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al Anbiyaa ayat 30)
Kemudian menurut ”The Big Bang Theory” atau teori ekspansi ledakan maka terjadi ledakan yang maha hebat yang akhirnya memisahkan kesatuan yang padu tersebut. Karena kondisi sekeliling ledakan semula dalam keadaan dingin maka hal ini mengakibatkan tejadinya kondensasi (penggumpalan). Penggumpalan ini sebagai akibat dari penurunan energi (panas/kalor) yang sangat drastis. Sebab menurut hukum Steffan Boltzman tentang radiasi/pancaran panas disebutkan bahwa ”Jumlah energi radiasi tiap satuan waktu tiap satuan luas sebanding dengan pangkat empat suhu mutlaknya”. Oleh karena itu apabila terjadi penurunan suhu sedikit saja maka penurunan energinya dalam hal ini adalah energi radiasi kalor pasti menjadi sangat besar.
v  Masa kedua: Pada masa ini gravitasi mulai berperan dan mulai muncul galaksi-galaksi yang terdir atas bintang-bintang. Juga mulai muncul planetplanet termasuk planet bumi yang terdapat dalam tatasurya matahari yang merupakan bagian dari galaksi Bima Sakti.
v  Masa ketiga: Masa ini dikenal juga dengan masa Prekambrium (Precambrian Era). Pada masa ini kondisi bumi masih cukup panas sehingga belum ada makhluk yang hidup di bumi. Masa keempat: Masa ini sering dikenal dengan zaman Paleozoikum (Paleozoic Era). Pada masa ini di bumi mulai terdapat kehidupan sederhana yang ditandai dengan munculnya tumbuhan-tumbuhan tingkat rendah atau tumbuhan perintis hingga munculnya hewan-hewan sejenis serangga dan hewan-hewan amphibia.
v  Masa Kelima: Masa ini dikenal pula dengan zaman Mesozoikum (Mesozoic Era). Pada masa ini hewan-hewan sejenis reptil mulai muncul seperti burung dan sejenisnya dan muncul pula hewan-hewan raksasa seperti Dinosaurus dan sebagainya.
v  Masa Keenam: Masa ini juga disebut zaman Cenozoikum (Cenozoic Era). Pada masa inilah mulai muncul hewan-hewan mamalia dan pada akhir dari masa ini mulailah muncul sejarah manusia.
Dengan demikian jelas bahwa berdasar penelitian yang dilakukan oleh para ahli, kejadian alam semesta ini dapat dikategorikan dalam enam masa, dimana dua masa yang pertama adalah masa penciptaan bumi sedangkan 4 masa berikutnya merupakan tahapan kejadian makhluk-makhluk bumi hingga terciptanya manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Al Quran yaitu:
”Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dan memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Fushshilat ayat 9-10)
Kemudian keutamaan orang yang berilmu telah disebutkan dalam Al Qur’anul Karim sejumlah ayat yang menunjukkan akan keutaman ilmu dan para pemiliknya, berikut penjelasan tentang kemuliaan mereka dan tingginya kedudukan mereka. Di antaranya adalah ayat:
“Allah mempersaksikan bahwa tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Dia. Demikian pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu mempersaksikannya. Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Dia yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Ali Imran ayat 18)
Dalam ayat ini terdapat keterangan akan keutamaan orang-orang yang berilmu karena Allah menyebutkan persaksian mereka bersamaan dengan persaksian-Nya dan juga persaksian para malaikat-Nya, bahwasanya Dialah sesembahan yang benar, yang tidak diperkenankan ibadah kecuali kepada-Nya. Persaksian ini mencakup seagung-agung dzat yang bersaksi, yakni Allah sendiri, dan juga mencakup seagung-agung perihal yang dipersaksikan dengannya, yakni perihal hak peribadatan, yang mana hanya Dia-lah yang khusus berhak diserahkan ibadah. Adapun pengikutan persaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu setelah persaksian dari Allah tentuya menunjukkan atas keutaman malaikat dan orang-orang yang berilmu ini.










C.    Teori-teori Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS)
Di awal era pertumbuhan Islam, dunia pengetahuan mengalami zaman keemasan dengan bermunculan ilmuwan-ilmuwan muslim yang sampai sekaarang penemuannya masih menjadi rujukan sebagai dasar dari perkembangan pengetahuan modern, tapi mungkin karena kurangnya publisitas dan banyaknya peristiwa sejarah yang menjadikan nama-nama mereka kurang dikenal bahkan di kalangan para umat muslim itu sendiri.
 berikut 5  ilmuwan muslim yang sangat berjasa bagi dunia pengetahuan :
1. IBNU RUSHD (AVERROES)
 Karya- karya Ibnu Rusyd :
·         Bidayat Al Mutjahid (kitab ilmu fiqih)
·         Kulliiyat fi At-tib (buku kedokteran)
·         Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat).
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Karya- karya Ibnu Rusyd hampir semua diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan karya-karya aslinya sudah tidak ada.
            2. IBNU SINA / AVICENNA
Ibnu Sina dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia. Ia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter kelahiran Persia. Bagi banyak orang beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern”. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. George Sarton menyebutnya sebagai “Imuwan Paling Terkenal dari Islam dan Salah Satu yang Paling Terkenal pada Semua Bidang, Tempat, dan Waktu.”



3. AL BIRUNI
Merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, pengembara, sejatawan, ahli farmasi dan guru. Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksimal matahari. Ketika berusia 22 tahun, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, kartografi. Ketika berusia 27 tahun, dia telah menulis buku berjudul kronologi yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh beliau. Hasil karya Biruni melebihi 120 buku. Sumbangannya kepada matematika termasuk, diantaranya kaidah angka 3, teori perbandingan, definisi Aljabar, geometri, dan lain-lain.
4. AL – KHAWARIZMI
Nama asli Al – Khawarizmi adalah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi, sumber lain menyebutkan bahwa beliau hidup di Uzbekistan. Beliau adalah tokoh yang berpengatahuan luas dalam bidang alsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam, dan kimia. Algebra/aljabar merupakan nadi matematika.
            Karya Al-Khawarixmi telah diterjemahkan oleh Gerhard of Gremano ke dalam bahasa Eropa pada abad ke 12. Sebelum munculnya karya yang berjudul “Hisab al-Jibra wa al Muqabalah” yang ditulis oleh Al Khawarizmi, tidak ada istilah aljabar.
5. Jabir Ibnu Hayyan / Ibnu Geber
Lahir di kota peradaban Islam Klasik, Kuffah (Irak). Jabir dijuluki Bapak Kimia Modern. Jabir banyak menemukan teori-teori tentang ilmu kimia. Karya lainnya yang telah diterbitkan adalah kitab Al Rahmah, Kitab Al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of Balance. Risetnya banyak diapresiasi oleh ilmuwan dunia. Dengan prestasinya itu, dunia ilmu pengetahuan modern pantas “berterima kasih” padanya.




D.    Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang relevan
Dalam Al-Qur’an, salah satu etika dalam mencari ilmu seperti yang telah diterangkan dalam al-qur’an adalah tidak boleh puas setelah sampai pada batas tertentu jenjang ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan ibarat lautan yang tidak bertepi dan tidak pula berbatas, sejauh manapun manusia meraih ilmu pengetahuan, ia harus terus menambahnya dan ia tidak akan munkin sampai pada batas kepuasan.
Dalam hal ini Allah telah mengajar Rasulullah SAW dengan firman-Nya,
“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
ilmu harus dicari dari sumbernya yang asli. Ia harus didatangi walaupun jauh tempatnya dan susah ditempuh. Dalam Al-Qur’an telah dikisahkan tentang seseorang yang bersusah payah menempuh jarak yang sangat jauh hanya untuk menemui orang lain yang memiliki ilmu yang tidak dimilikinya, dia adalah Nabi Musa as. Nabi Musa telah menempuh perjalanan yang sangat jauh tanpa kendaraan, di tengah luasnya gurun pasir.
Adapun sebab kepergian Musa ini seperti yang diriwayatkan Syaikhani (Bukhari-Muslim) dari hadits ibnu Abbas dari Abu Ka’bah bahwasannya dia mendengar Rasulullah SAW Bersabda, “Sesungguhnya Musa pada suatu hari berkhotbah dihadapan Bani Israel, tiba-tiba dilontarkan sebuah pertanyaan, siapakah manusia yang terpandai? Musa menjawab, “saya!” Allah SWT menegur Musa karena perkataannya itu, sebab ia tidak menisbatkan ilmu kepada Allah SWT. Dan Allah berfirman kepadanya,’Sesungguhnya ada hamba-Ku di tempat pertemuan dua samudra yang lebih pandai darimu…’” Bahkan dalam suatu ungkapan yang disebutkan “Carilah ilmu walau sampai kenegeri Cina”. Alasan mengapa disebutkan negeri cina karena pada saat itu negeri ini dikenal oleh orang-orang arab sebagai negeri terjauh yang mempunyai peradaban tinggi
Salah satu imbauan Al-Qur’an dalam dunia ilmu pengetahuan adalah manusia diwajibkan belajar kepada siapa saja yang mempunyai ilmu, dan bermafaat bagi hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Sekalipun ia lebih muda umurnya dan lebih rendah derajatnya, bahkan kita bisa belajar dari binatang sekalipun. Misalnya kisah dalam Al-Qur’an tentang seseorang yang belajar kepada burung gagak, yaitu cerita tentang anak-anak Adam dalam surat al-Maa’idah,
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam." (QS. Al-Maa’idah ayat 27-28











BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah. Sedang teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
2.      seni identik dengan rasa yang timbulnya dari dalam jiwa, namun demikian gejala keindahan yang ditimbulkan oleh seni bisa juga didekati dari sudut sains.
3.       Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan kepada Rasulullah SAW menunjuk pada keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu Surat yang pertama kali Allah turunkan dalam Al-Qur’an adalah surat Al-‘Alaq ayat 1-5. Di dalamnya Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya dengan mengajarkan manusia apa yang tidak ia ketahui. Hal itu menunjukkan kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan.
B.     Saran
1.      Dalam penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk mampu memilah nilai positif dan negatif yang diberikan dari teknologi tersebut.
2.      Sebagai manusia yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan mampu memanfaatkan teknologi sesuai dengan koridor-koridor Islam, sehingga tidak menjadi suatu yang mudharat.





DAFTAR PUSTAKA

Soejoeti, Zalbawi, et.al.. Al-Islam & Iptek, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1998.
http://ahlussunah-wal-jamaah.blogspot.com/2011/08/tradisi-ruawatan.html, http://friendly12.mywapblog.com/perkembangan-iptek-menurut-al-quran.xhtml 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar