Minggu, 17 Mei 2015

interrelasi kebenaran al-quran dan ipteks



BAB II
PEMBAHASAN


A.           Interrelasi Kebenaran Al-Qur’an dan Iptek
            Interrelasi berasal dari dua kata yaitu inter dan relasi. Inter adalah bentuk terikat diantara dua sedangkan relasi adalah hubungan atau berhubungan. Jadi interrelasi merupakan hubungan antara dua masalah yang saling terikat. Dalam pembahasan ini berkenaan dengan “hubungan kebenaran Al-Qur’an dan ipteks.
            Al-Quran adalah kitab petunjuk, demikian hasil yangkita peroleh dari mempelajari sejarah turunnya. Ini sesuai pula dengan PenegasanAl-Quran: Petunjuk bagi manusia, keteranganmengenai petunjukserta pemisah antara yang hak dan batil. (QS 2:185).
Ø  Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Al-Quran demikian menghormatikedudukan ilmudengan Penghormatan Yangtidak ditemukanbandingannyadalam Kitab-kitab Suci Yang LainSebagai bukti, Al-Quran menyifati masa Arab pra-Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu dan pengetahuan.Di dalam sebagian besar ayat itu disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.
Dalam rangka mengingatkan tentang anugerah yang telah diberikan kepada manusia, Allah berfirman:
"Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui." (QS 96:5)
"Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan mempunyai ilmu." (QS 58:11)
"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS 39:9)
Di samping itu masih banyak ayat lain yang menyatakan tentang kemuliaan ilmu. Dan dalam hadis-hadis Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait yang kedudukannya mengiringi Al-Quran terdapat dalil-dalil yang tidak terhitung banyaknya tentang anjuran untuk mencari ilmu, arti penting dan kemuliaannya.Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan petunjuk manusia tidak saja untuk kehidupan akherat namun juga untuk kebaikan kehidupan di dunia. 
Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu sarana manusia untuk menuju kehidupan di dunia lebih baik.Oleh sebab itu, dalam Al-qur'an pun tak luput memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia.
Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan ayat yang membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana cara kerja Alam dunia ini. Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur'an memberikan gambaran kepada manusia untuk memperhatikan alam sekitarnya. Selain itu, biasanya ayat-ayat yang membahasnya diawali maupun diakhiri dengan sindiran-sindiran seperti; "apakah kamu tidak memperhatikan?", "Apakah kamu tidak berpikir?", "Apakah kamu tidak mendengar?", "Apakah kamu tidak melihat?".Sering pula di akhiri dengan kalimat seperti "Sebagai tanda-tanda bagi kaum yang berpikir", "Tidak dipahami kecuali oleh Ulul Albaab".Demikianlah Mukjizat terakhir Rasul, yang selalu mengingatkan manusia untuk mendengar, melihat, berpikir, merenung, serta memperhatikan segala hal yang diciptakan Allah di dunia ini.
Berkat dorongan ayat-ayat tersebutlah, ulama-ulama pada abad ke 8-10 Masehi di Timur Tengah mampu mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada riset (dengan cara mendengar, melihat, memperhatikan, merenungkan, dan memikirkan) dan mengimplementasikannya dalam bentuk alat-alat maupun metode yang berguna bagi kehidupan manusia. 
Membuka kembali lembaran sejarah masa kejayaan Islam, kita akan mendapati  begitu banyak sumbangsih umat Islam bagi dunia Ilmu pengetahuan dan teknologi.  Pada masa itu, dunia di luar Islam diselubungi kegelapan Ilmu.Perdukunan, mantra dan jampi-jampi menjadi jalan untuk pengobatan. Namun berbeda di dunia Islam, seorang Ibnu Sina telah mengembangkan berbagai metode pembedahan manusia, dialah sang bapak kedokteran modern.Karya monumentalnya,Alqanun fi At Tib (yang diterjemahkan ke Eropa menjadi  CANON), menjadi rujukan utama dunia kedoktekan sampai  abad ke 19. 

Kita juga harus berterima kasih kepada Al-Khawarizmi, yang telah mengembangkan metode Al-goritma.  Kenapa disebut Al-goritma? Al-goritma merupakan aksen eropa dari nama al-khawrizmi. Seperti ilmuwan lainnya, Ibnu Sina menjadi  Avecina, Ibnu Rusyd menjadi Averoes.  Dan masih banyak lagi penemuan-penemuan di dunia Islam pada masa itu seperti, metode fotografi paling awal yang disebut ruang gelap, jam air, piston.
Namun alangkah ruginya, umat Islam saat ini yang kurang sekali mengapresiasi kandungan Al-Qur’an, akibat banyaknya muslim yang tidak paham bahasa Al-Qur’an (Bahasa Arab), meskipun hanya sebatas pemahaman tingkat dasar. Akibat tidak paham bahasa Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an hanya sebatas ritual saja (meskipun begitu dasyatnya Al-Qur’an, sehingga orang yang tidak paham maksudnya pun dapat menjadi tenang hatinya). Bahkan banyak generasi muda yang enggan untuk sekedar menyentuhnya, apalagi untuk membacanya. Hal ini tidak lain disebabkan oleh minimnya pengetahuan generasi muda Islam tehadap bahasa Al-Qur’an.
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya tidak mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat dimana ia hidup. Mereka memberikan tantangan kepadanya atas dasar kepercayaan agama. Akibatnya, Galileo pada akhirnya menjadi korban penemuannya sendiri.

Dalam Al qur’an ditemukan kata-kata “ilmu” dalam berbagai bentuknyayang terulang sebanyak 854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-ayat Al qur’an yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, penalaran, dan sebagainya, sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat yang menjelaskan hambatan kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain :
1.   Subjektivitas (a) suka dan tidak suka (baca antara lain, QS 43:78 ; 7:79); (b)
taqlid atau mengikuti tanpa alasan (baca antara lain, QS 33:67 ; 2:170).
2.   Angan-angan dan dugaan yang tak beralasan (baca antara lain, QS 10:36).
3.   Bergegas-gegas dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (baca antara lain QS 21:37).
4.   Sikap angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (baca antara lain QS 7:146).

Di samping itu, terdapat tuntutan tuntutan antara lain :
1.   Jangan bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36), dalam arti tidak menetapkan sesuatu kecuali benar-benar telah mengetahui dulu persoalan (baca antara lain QS 36:17), atau menolaknya sebelum ada pengetahuan (baca antara lain, QS 10:39).
2.   Jangan menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam dalam pribadi tokoh yang paling diagungkan.Ayat- ayat semacam inilah yang mewujudkan iklim ilmu pengetahuan dan yang telah melahirkan pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan Islam dalam berbagai disiplin ilmu. “tiada yang lebih baik dituntun dari suatu kitab akidah (agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir, serta tidak menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya untuk menggunakan akalnya atau membatasinya menambah pengetahuan selama dan dimana saja ia kehendaki. Dan inilah korelasi pertama dan utama antara Al qur’an dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Korelasi kedua dapat ditemukan pada isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam sekian banyak ayat Al qur’an yang berbicara tentang alam raya dan fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut sebagian nya telah diketahui oleh masyarakat arab ketika itu. Namun apa yang mereka ketahui itu masih sangat terbatas dalam perinciannya
B. Bukti-bukti Ilmiah kenbenaran Al-Qur’an dalam  bidang Pengetahuan
Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang kebenaran Al qur’an adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa sekian banyak ayat-ayat Al qur’an yang berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa turunnya, namu terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti :
·         Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47).
·         Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya matahari (QS 10:5).
·         Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang berasal dari perut bumi, serta bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS 27:88).
·         Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga kimia melalui proses foto sintesis sehingga menghasilkan energy (QS 36:80).bahkan, istilah Al qur’an, al syajar al akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau daun), karena zat-zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi di semua bagian pohon, dahan dan ranting yang warnanya hijau.
·         Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan yang setelah fertilisasi(pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS 86:6 dan 7; 96:2).

Salah satu contoh dari beberapa bukti diatas misalnya awan. Para ilmuwan telah mempelajari tentang tipe-tipe awan dan meyakini bahwa awan hujan terbentuk dari sistem tertentu dan berikatan dengan tipe-dpe angin dan awan tertentu.Salah satu jenis awan hujan adalah awan cumulonimbus bercampur dengan hujan angin ribut disertai petir dan gemuruh.Para ahli meteorologi telah mempelajari bagaimana awan cumulonimbus terbentuk dan bagaimana awan itu menghasilkan hujan, hujan es, dan halilintar/kilat. Para ahli meteorologi juga menemukan langkah-langkah yang dilewati awan cumulonimbus dalam menghasilkanHujan Sebagai berikut:
1.        Awan
Didorong AnginAwan cumulonimbus mulai terbentuk ketika angin mendorong sebagian kecil awan cumulus ke sebuah area di mana awan-awanIniberkumpul.
2.      Penggabungan
Awa
n KecilBergabung
Bersama Membentuk Awan besar.
3.Penumpukan
Ketika awan-awan kecil bergabung, udara yang bergerak ke atas di dalam awan yang besar meningkat. Udara yang bergerak ke atas dekat dengan pusat awan lebih kuat dibanding dengan yang dekat dengan tepi. Udara yang bergerak ke atas ini menyeb
abkan badan awan tumbuh secara vertikal, sehingga awan menunggu di udara. Pertumbuhan vertikal ini menyebabkan badan awan menjadi bagian yang lebih dingin di atmos­fer di mana tetesan air dan hujan es merumuskan dan mulai berkembang melebar.Ketika tetesan air dan hujan es ini menjadi sangat ringan sehingga udara yang bergerak ke atas menyokong mereka, dengan demikian mereka mulai turun dari awan menjadi hujan, hujan es, dan lain-lain. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an.

"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya. . .
" (QS an­Nur: 43)
Akhir-akhir ini, ahli meteorologi mengetahui pembentukan, struktur, dan fungsi awan secara detail dengan menggunakan peralatan canggih seperti pesawat, satelit, komputer, balon, dan mempelajari angin dan petunjuknya untuk ukuran kelembaban dan variasinya dan untuk menentukan tingkatan dan variasi tekanan atmosfir.

Ayat yang terdahulu setelah menyebutkan awan dan hujan, belum bicara tentang hujan es dan
hlilintar.

".... dan Allah (juga) menurunkan (butiran­-butiran) es dari langit (yaitu) dari (gumpalan­gumpalan awan seperti) gunung-gunung maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.
Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS an-Nur: 43)
Para ahli meteorologi telah menemukan awan cumulonimbus ini, hujan es, mencapai ketinggian 25.000 sampai 30.000 kaki (4,7 sampai 5,7 mil) seperti gunung, sebagaimana telah tersebut di dalamal-Quran

". . . dan Allah (juga) menurunkan (butiran­butiran) es dari langit. . .. " (QS an-Nur:
43­)
Ayat ini mungkin menimbulkan sebuah pertanyaan mengapa ayat ini menyebutkan "....halilintarnya' dalam referensi hujan es?Apakah hal ini berarti hujan es adalah faktor mayoritas dalam menghasilkan halilintar?Mari kita lihat buku yang berjudul "Meteorology Today" juga menyebutkan tentang hal ini. Buku itu menyebutkan bahwa awan mengelektrifikasikan hujan es melalui bagian tetesan awan yang paling dingin dan kristal es. Sebagai tetesan cair yang bertabrakan dengan hujan es, mereka membeku yang berhubungan dan melepaskan panas yang terpendam.Dia menjaga permukaan hujan es lebih hangat daripada sekelilingKristal
es.

Ketika hujan es berhubungan dengan kristal es, maka terjadilah fenomena yang penting. Aliran elektron dari objek yang lebih dingin menuju objek yang lebih panas. Oleh karena itu, hujan es menjadi beraliran negatif Efek yang sama terjadi ketika tetesan yang paling dingin berhubungan dengan sebongkah hujan es dan pecahan es kecil yang beraliran positif Geretan partikel beraliran positif ini kemudian dibawa ke bagian atas awan oleh udara yang bergerak ke atas. Hujan es yang beraliran negatif turun ke dasar awan, dengan demikian bagian awan yang paling rendah beraliran negatif.Aliran negatif ini kemudian turun ke tanah menjadi halilintar.Kami menyimpulkan bahwa hujan es ini karena faktor hasil dari
halilintar.
Informasi tentang halilintar akhir-akhir ini ditemukan.Sampai tahun 1600 Masehi, ide Aristoteles tentang meteorologi sangat dominan.Sebagai contoh, dia menyatakan bahwa atmosfir berisi dua jenis pernafasan keluar, basah dan kering. Dia juga mengatakan bahwa guntur adalah suara tumbukan dari pernafasan keluar yang kering dengan sekitar awan dan halilintar adalah peradangan dan terbakarnya pernafasan keluar yang kering dengan api yang kecil dan redup. Inilah beberapa ide tentang meteorologi yang dominan pada saat al-Quran turun pada 14 abad yang lalu.




                                                                                     










BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Al Qur’an sebagai kitab suci ummat Islam, seringkali diragukan dalam hal keterkaitannya dengan ilmu pengetahuan. Hal ini tentulah menjadi suatu tantangan tersendiri bagi ummat islam untuk menelaah lebih jauh kandungan dan isi dari kitabnya tersebut.
Sebenarnya, bila kita telaah ayat per ayat dalam Al Qur’an, keraguan akan keabsahan dan kualitas materi kitab ini bisa terjawab dengan mudah. Maka, hanya orang-orang yang mengamati dan memperhatikan Al Qur’an dengan cermatlah, yang akan mendapatkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan kebenaran Al Qur’an pada setiap penemuan ilmiah yang diperoleh oleh manusia.
Al Qur’an menganjurkan manusia untuk mencari ilmu pengetahuan yang terdapat di langit dan bumi. Namun tentulah hal tiu jangan sampai menyimpang dari apa yang telah digariskan dan dibatasi oleh Allah SWT sebagaimana tetera dalam Al Qur’an.
Beberapa bukti autentik dari penelitian-penelitian ilmiah tentang alam yang telah dilakukan sampai saat ini, setidaknya telah menjadi bukti bahwa kandungan Al Qur’an tentang ilmu dan fenomenanya sangatlah benar apa adanya. Maka, sebaiknya mulai saat ini seluruh umat islam dan seluruh kamu ilmuan sadar, bahwa kandungan Al Quran tentang ilmu pengetahuan tidak dapat diragukan lagi. Damn tentulah hal ini ditujukan pada, penguatan akan adanya pencipta Al Qur’an itu sendiri, yang tiada lain adalah Allah SWT.




B.     SARAN
Mungkin inilah yang bisa kami sampaikan pada penulisan tugas makalah“Intererrelasi dan Bukti Kebenaran Al-Qur’an dan Ipteks ”. Meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita dapat mengambil manfaat dan ilmu dari tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan yang saya tuliskan, karena saya hanyalah manusia yang adalah tempat salah dan dosa, dan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
Dengan selesainya makalah ini kami berharap dapat mendekatkan diri  kepada sang Khalik sebagai rasa syukur kita terhadap belas kasihnya yang telah mengutus orang pilihan-Nya kepada kita, dan tak lupa kami sebagai manusia yang tak luput dari salah tentunya meminta maaf atas ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini karena kami sadar kita masih dalam tahap belajar.












DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul Karim
Arifin, M, H, 1993, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara
Deedat, Ahmad, 2003, Al Qur’an Mu’jizat Yang Tak Tertandingi, Jakarta : Pustaka
Achmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, PT. Dana Bakhti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997. h. 17.
H.G. Sarwar, Filsafat Al-Qur’an, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994. h. 125.
DEPAG, Sains Menurut Perespektif Al-qur’an, PT. Dwi Rama, 2000. h. 3.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar