BAB II
PEMBAHASAN
A.
Interrelasi Kebenaran
Al-Qur’an dan Iptek
Interrelasi
berasal dari dua kata yaitu inter dan relasi. Inter adalah bentuk terikat
diantara dua sedangkan relasi adalah hubungan atau berhubungan. Jadi
interrelasi merupakan hubungan antara dua masalah yang saling terikat. Dalam
pembahasan ini berkenaan dengan “hubungan kebenaran Al-Qur’an dan ipteks.
Al-Quran
adalah kitab petunjuk, demikian hasil yangkita peroleh dari mempelajari sejarah
turunnya. Ini sesuai pula dengan PenegasanAl-Quran: Petunjuk bagi manusia,
keteranganmengenai petunjukserta pemisah antara yang hak dan batil. (QS 2:185).
Ø
Al-Qur’an
dan Ilmu Pengetahuan
Al-Quran demikian menghormatikedudukan ilmudengan Penghormatan Yangtidak
ditemukanbandingannyadalam Kitab-kitab Suci Yang LainSebagai bukti, Al-Quran
menyifati masa Arab pra-Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang
menyebut tentang ilmu dan pengetahuan.Di dalam sebagian besar ayat itu
disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.
Dalam rangka
mengingatkan tentang anugerah yang telah diberikan kepada manusia, Allah
berfirman:
"Allah
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui." (QS 96:5)
"Allah
meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan mempunyai ilmu." (QS 58:11)
"Apakah
sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?"
(QS 39:9)
Di samping itu
masih banyak ayat lain yang menyatakan tentang kemuliaan ilmu. Dan dalam
hadis-hadis Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait yang kedudukannya mengiringi
Al-Quran terdapat dalil-dalil yang tidak terhitung banyaknya tentang anjuran
untuk mencari ilmu, arti penting dan kemuliaannya.Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan
petunjuk manusia tidak saja untuk kehidupan akherat namun juga untuk kebaikan
kehidupan di dunia.
Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu sarana manusia untuk menuju
kehidupan di dunia lebih baik.Oleh sebab itu, dalam Al-qur'an pun tak luput
memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan
manusia.
Membuka dan
membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan ayat yang membicarakan
tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana cara kerja Alam dunia ini. Tidak
kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur'an memberikan gambaran kepada manusia
untuk memperhatikan alam sekitarnya. Selain itu, biasanya ayat-ayat yang
membahasnya diawali maupun diakhiri dengan sindiran-sindiran seperti;
"apakah kamu tidak memperhatikan?", "Apakah kamu tidak
berpikir?", "Apakah kamu tidak mendengar?", "Apakah kamu
tidak melihat?".Sering pula di akhiri dengan kalimat seperti "Sebagai
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir", "Tidak dipahami kecuali oleh
Ulul Albaab".Demikianlah Mukjizat terakhir Rasul, yang selalu mengingatkan
manusia untuk mendengar, melihat, berpikir, merenung, serta memperhatikan
segala hal yang diciptakan Allah di dunia ini.
Berkat
dorongan ayat-ayat tersebutlah, ulama-ulama pada abad ke 8-10 Masehi di Timur
Tengah mampu mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada riset
(dengan cara mendengar, melihat, memperhatikan, merenungkan, dan memikirkan)
dan mengimplementasikannya dalam bentuk alat-alat maupun metode yang berguna
bagi kehidupan manusia.
Membuka
kembali lembaran sejarah masa kejayaan Islam, kita akan mendapati begitu
banyak sumbangsih umat Islam bagi dunia Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada masa itu, dunia di luar Islam diselubungi kegelapan Ilmu.Perdukunan,
mantra dan jampi-jampi menjadi jalan untuk pengobatan. Namun berbeda di dunia
Islam, seorang Ibnu Sina telah mengembangkan berbagai metode pembedahan
manusia, dialah sang bapak kedokteran modern.Karya monumentalnya,Alqanun fi At Tib (yang diterjemahkan ke
Eropa menjadi CANON), menjadi rujukan utama dunia kedoktekan
sampai abad ke 19.
Kita juga
harus berterima kasih kepada Al-Khawarizmi, yang telah mengembangkan metode
Al-goritma. Kenapa
disebut Al-goritma? Al-goritma merupakan aksen eropa dari nama al-khawrizmi.
Seperti ilmuwan lainnya, Ibnu Sina menjadi Avecina, Ibnu Rusyd menjadi
Averoes. Dan masih banyak lagi penemuan-penemuan di dunia Islam pada masa
itu seperti, metode fotografi paling awal yang disebut ruang gelap, jam
air, piston.
Namun
alangkah ruginya, umat Islam saat ini yang kurang sekali mengapresiasi
kandungan Al-Qur’an, akibat banyaknya muslim yang tidak paham bahasa Al-Qur’an
(Bahasa Arab), meskipun hanya sebatas pemahaman tingkat dasar. Akibat tidak
paham bahasa Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an hanya sebatas ritual saja (meskipun
begitu dasyatnya Al-Qur’an, sehingga orang yang tidak paham maksudnya pun dapat
menjadi tenang hatinya). Bahkan banyak generasi muda yang enggan untuk sekedar
menyentuhnya, apalagi untuk membacanya. Hal ini tidak lain disebabkan oleh
minimnya pengetahuan generasi muda Islam tehadap bahasa Al-Qur’an.
Membahas
hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau
tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih
utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu
pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya
diukur melalui sumbangan yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide
dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat
psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif
atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Sejarah
membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya tidak
mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat dimana ia
hidup. Mereka memberikan tantangan kepadanya atas dasar kepercayaan agama.
Akibatnya, Galileo pada akhirnya menjadi korban penemuannya sendiri.
Dalam Al
qur’an ditemukan kata-kata “ilmu” dalam berbagai bentuknyayang terulang
sebanyak 854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-ayat Al qur’an yang
menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, penalaran, dan sebagainya,
sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat yang menjelaskan hambatan kemajuan ilmu
pengetahuan, antara lain :
1. Subjektivitas
(a) suka dan tidak suka (baca antara lain, QS 43:78 ; 7:79); (b)
taqlid
atau mengikuti tanpa alasan (baca antara lain, QS 33:67 ; 2:170).
2. Angan-angan
dan dugaan yang tak beralasan (baca antara lain, QS 10:36).
3. Bergegas-gegas
dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (baca antara lain QS 21:37).
4. Sikap
angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (baca antara lain QS
7:146).
Di samping
itu, terdapat tuntutan tuntutan antara lain :
1. Jangan
bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36), dalam arti tidak
menetapkan sesuatu kecuali benar-benar telah mengetahui dulu persoalan (baca
antara lain QS 36:17), atau menolaknya sebelum ada pengetahuan (baca antara
lain, QS 10:39).
2. Jangan
menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam dalam pribadi
tokoh yang paling diagungkan.Ayat- ayat semacam inilah yang mewujudkan iklim
ilmu pengetahuan dan yang telah melahirkan pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan
Islam dalam berbagai disiplin ilmu. “tiada yang lebih baik dituntun dari suatu
kitab akidah (agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir,
serta tidak menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya untuk
menggunakan akalnya atau membatasinya menambah pengetahuan selama dan dimana
saja ia kehendaki. Dan inilah korelasi pertama dan utama antara Al
qur’an dan ilmu pengetahuan. Sedangkan
Korelasi kedua dapat ditemukan pada
isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam sekian banyak ayat Al qur’an yang
berbicara tentang alam raya dan fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut sebagian nya telah
diketahui oleh masyarakat arab ketika itu. Namun apa yang mereka ketahui itu
masih sangat terbatas dalam perinciannya
B. Bukti-bukti Ilmiah kenbenaran Al-Qur’an dalam bidang Pengetahuan
Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang
kebenaran Al qur’an adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang
diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa sekian banyak ayat-ayat Al qur’an yang
berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa turunnya, namu
terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti :
·
Teori tentang
expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47).
·
Matahari
adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya
matahari (QS 10:5).
·
Pergerakan
bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang berasal dari perut
bumi, serta bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS 27:88).
·
Zat hijau daun
(klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi matahari menjadi
tenaga kimia melalui proses foto sintesis sehingga menghasilkan energy (QS
36:80).bahkan, istilah Al qur’an, al syajar al akhdhar (pohon
yang hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau daun), karena
zat-zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi di semua bagian
pohon, dahan dan ranting yang warnanya hijau.
·
Bahwa manusia
diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan yang setelah fertilisasi(pembuahan)
berdempet di dinding rahim (QS 86:6 dan 7; 96:2).
Salah satu contoh dari beberapa
bukti diatas misalnya awan. Para ilmuwan
telah mempelajari tentang tipe-tipe awan dan meyakini bahwa awan hujan
terbentuk dari sistem tertentu dan berikatan dengan tipe-dpe angin dan awan
tertentu.Salah satu jenis awan hujan adalah awan cumulonimbus bercampur dengan
hujan angin ribut disertai petir dan gemuruh.Para ahli meteorologi telah
mempelajari bagaimana awan cumulonimbus terbentuk dan bagaimana awan itu
menghasilkan hujan, hujan es, dan halilintar/kilat. Para ahli meteorologi juga
menemukan langkah-langkah yang dilewati awan cumulonimbus dalam menghasilkanHujan
Sebagai berikut:
1.
Awan
Didorong AnginAwan cumulonimbus mulai terbentuk ketika angin
mendorong sebagian kecil awan cumulus ke sebuah area di mana awan-awanIniberkumpul.
2.
Penggabungan
Awan KecilBergabung
Awan KecilBergabung
Bersama Membentuk Awan besar.
3.Penumpukan
Ketika awan-awan kecil bergabung, udara yang bergerak ke atas di dalam awan yang besar meningkat. Udara yang bergerak ke atas dekat dengan pusat awan lebih kuat dibanding dengan yang dekat dengan tepi. Udara yang bergerak ke atas ini menyebabkan badan awan tumbuh secara vertikal, sehingga awan menunggu di udara. Pertumbuhan vertikal ini menyebabkan badan awan menjadi bagian yang lebih dingin di atmosfer di mana tetesan air dan hujan es merumuskan dan mulai berkembang melebar.Ketika tetesan air dan hujan es ini menjadi sangat ringan sehingga udara yang bergerak ke atas menyokong mereka, dengan demikian mereka mulai turun dari awan menjadi hujan, hujan es, dan lain-lain. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an.
Ketika awan-awan kecil bergabung, udara yang bergerak ke atas di dalam awan yang besar meningkat. Udara yang bergerak ke atas dekat dengan pusat awan lebih kuat dibanding dengan yang dekat dengan tepi. Udara yang bergerak ke atas ini menyebabkan badan awan tumbuh secara vertikal, sehingga awan menunggu di udara. Pertumbuhan vertikal ini menyebabkan badan awan menjadi bagian yang lebih dingin di atmosfer di mana tetesan air dan hujan es merumuskan dan mulai berkembang melebar.Ketika tetesan air dan hujan es ini menjadi sangat ringan sehingga udara yang bergerak ke atas menyokong mereka, dengan demikian mereka mulai turun dari awan menjadi hujan, hujan es, dan lain-lain. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an.
"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya. . . " (QS anNur: 43)
Akhir-akhir ini, ahli meteorologi mengetahui pembentukan, struktur, dan fungsi awan secara detail dengan menggunakan peralatan canggih seperti pesawat, satelit, komputer, balon, dan mempelajari angin dan petunjuknya untuk ukuran kelembaban dan variasinya dan untuk menentukan tingkatan dan variasi tekanan atmosfir.
Ayat yang terdahulu setelah menyebutkan awan dan hujan, belum bicara tentang hujan es dan hlilintar.
".... dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit (yaitu) dari (gumpalangumpalan awan seperti) gunung-gunung maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS an-Nur: 43)
Para ahli meteorologi telah menemukan awan cumulonimbus
ini, hujan es, mencapai ketinggian 25.000 sampai 30.000 kaki (4,7 sampai 5,7
mil) seperti gunung, sebagaimana telah tersebut di dalamal-Quran
". . . dan Allah (juga) menurunkan (butiranbutiran) es dari langit. . .. " (QS an-Nur:43)
Ayat ini mungkin menimbulkan sebuah pertanyaan mengapa ayat ini menyebutkan "....halilintarnya' dalam referensi hujan es?Apakah hal ini berarti hujan es adalah faktor mayoritas dalam menghasilkan halilintar?Mari kita lihat buku yang berjudul "Meteorology Today" juga menyebutkan tentang hal ini. Buku itu menyebutkan bahwa awan mengelektrifikasikan hujan es melalui bagian tetesan awan yang paling dingin dan kristal es. Sebagai tetesan cair yang bertabrakan dengan hujan es, mereka membeku yang berhubungan dan melepaskan panas yang terpendam.Dia menjaga permukaan hujan es lebih hangat daripada sekelilingKristal es.
Ketika hujan es berhubungan dengan kristal es, maka terjadilah fenomena yang penting. Aliran elektron dari objek yang lebih dingin menuju objek yang lebih panas. Oleh karena itu, hujan es menjadi beraliran negatif Efek yang sama terjadi ketika tetesan yang paling dingin berhubungan dengan sebongkah hujan es dan pecahan es kecil yang beraliran positif Geretan partikel beraliran positif ini kemudian dibawa ke bagian atas awan oleh udara yang bergerak ke atas. Hujan es yang beraliran negatif turun ke dasar awan, dengan demikian bagian awan yang paling rendah beraliran negatif.Aliran negatif ini kemudian turun ke tanah menjadi halilintar.Kami menyimpulkan bahwa hujan es ini karena faktor hasil dari halilintar.
Informasi tentang halilintar akhir-akhir ini
ditemukan.Sampai tahun 1600 Masehi, ide Aristoteles tentang meteorologi sangat
dominan.Sebagai contoh, dia menyatakan bahwa atmosfir berisi dua jenis
pernafasan keluar, basah dan kering. Dia juga mengatakan bahwa guntur adalah
suara tumbukan dari pernafasan keluar yang kering dengan sekitar awan dan
halilintar adalah peradangan dan terbakarnya pernafasan keluar yang kering
dengan api yang kecil dan redup. Inilah beberapa ide tentang meteorologi yang
dominan pada saat al-Quran turun pada 14 abad yang lalu.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Al
Qur’an sebagai kitab suci ummat Islam, seringkali diragukan dalam hal
keterkaitannya dengan ilmu pengetahuan. Hal ini tentulah menjadi suatu
tantangan tersendiri bagi ummat islam untuk menelaah lebih jauh kandungan dan
isi dari kitabnya tersebut.
Sebenarnya,
bila kita telaah ayat per ayat dalam Al Qur’an, keraguan akan keabsahan dan
kualitas materi kitab ini bisa terjawab dengan mudah. Maka, hanya orang-orang
yang mengamati dan memperhatikan Al Qur’an dengan cermatlah, yang akan
mendapatkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan kebenaran Al Qur’an pada setiap
penemuan ilmiah yang diperoleh oleh manusia.
Al
Qur’an menganjurkan manusia untuk mencari ilmu pengetahuan yang terdapat di
langit dan bumi. Namun tentulah hal tiu jangan sampai menyimpang dari apa yang
telah digariskan dan dibatasi oleh Allah SWT sebagaimana tetera dalam Al
Qur’an.
Beberapa bukti autentik dari penelitian-penelitian ilmiah
tentang alam yang telah dilakukan sampai saat ini, setidaknya telah menjadi
bukti bahwa kandungan Al Qur’an tentang ilmu dan fenomenanya sangatlah benar
apa adanya. Maka, sebaiknya mulai saat ini
seluruh umat islam dan seluruh kamu ilmuan sadar, bahwa kandungan Al Quran
tentang ilmu pengetahuan tidak dapat diragukan lagi. Damn tentulah hal ini
ditujukan pada, penguatan akan adanya pencipta Al Qur’an itu sendiri, yang
tiada lain adalah Allah SWT.
B. SARAN
Mungkin inilah
yang bisa kami sampaikan pada penulisan tugas makalah“Intererrelasi
dan Bukti Kebenaran Al-Qur’an dan Ipteks ”. Meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita dapat mengambil manfaat dan ilmu
dari tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan yang saya tuliskan,
karena saya hanyalah manusia yang adalah tempat salah dan dosa, dan saya juga
butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih
baik daripada masa sebelumnya.
Dengan selesainya makalah ini kami berharap
dapat mendekatkan diri kepada sang
Khalik sebagai rasa syukur kita terhadap belas kasihnya yang telah mengutus
orang pilihan-Nya kepada kita, dan tak lupa kami sebagai manusia yang tak luput
dari salah tentunya meminta maaf atas ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini
karena kami sadar kita masih dalam tahap belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul Karim
Arifin, M, H, 1993, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta :
Bumi Aksara
Deedat, Ahmad, 2003, Al Qur’an Mu’jizat Yang Tak
Tertandingi, Jakarta : Pustaka
Achmad Baiquni,
Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, PT. Dana Bakhti Prima Yasa,
Yogyakarta, 1997. h. 17.
H.G. Sarwar,
Filsafat Al-Qur’an, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1994. h. 125.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar